Wednesday, September 19, 2018

Kisah Kehidupan Nabi Harun Alaihissalam Lengkap


Kehidupan Nabi Harun Alaihissalam
kisah kehidupan nabi harun AS
Harun bin Imran bin Qahats bin Azar bin lawi bin Yaakub bin Ishak bin Ibrahim. Beliau adalah kakak Nabi Musa, diutus untuk membantu Musa memimpin Bani Israel ke jalan yang benar.
Firman Allah:’’Dan kami telah menganugerahkan kepadanya sebahagian rahmat kami, yaitu saudaranya, Harun menjadi seorang Nabi.’’
Harun dilahirkan empat tahun sebelum Musa. Beliau yang fasih berbicara dan mempunyai dan pendirian tetap sering mengikuti Musa dalam menyampaikan dakwa kepada Firaun, Hamman dan Qarun. Nabi Musa sendiri mengakui saudaranya fasih berbicara dan berdebat, seperti diceritakan Al-Qur’an:’’Dan saudaraku Harun, dia lebih fasih lidahnya dari padaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan) ku, Sesungguhnya aku kawatir mereka akan berdusta.’’
Nabi Harun hidup selama 123 tahun. Beliau wafat 11 bulan sebelum kematian Musa, yaitu sebelum Bani Israil memasuki palestina. Mengenai Bani Israel, mereka sukar dipimpin, namun dengan kesabaran Musa dan Harun, mereka dapat dipimpin supaya mengikuti syariat Allah, seperti terkandung dalam Taurat ketika itu.
Selepas Harun dan Musa meninggal dunia, Bani Israel dipimpin oleh Yusya’ bin Nun. Namun, selepas Yusya’ mati, lama-kelamaan mereka meninggalkan syariat yang terkandung dalam Taurat, sehingga menimbulkan perselisihan dan perbedaan pendapat, akhirnya menyebabkan perpecahan Bani Israel.
Pengutusan Nabi Harun
Riwayat Nabi Harun tidak terpisahkan dengan Nabi Musa, dan dakwanya dilakukan bersama dengan Musa, karena tugas Nabi Harun untuk membantu Nabi Musa dalam berdakwa.
Pada masa Nabi Yusuf, sekelompok Bani Israil telah menetap di daerah Mesir setelah bermigrasi dari negeri kan’an. Mereka adalah pemeluk agam tauhid yang berpegang teguh pada agama Nabi Ibrahim, berbeda dengan para fir’aun yang menyembah patung dan berhala. Seiring kemajuan zaman, pertumbuhan Bani Israil pun berkembang pesat.
Para fir’aun khawatir jika mereka mencampuri urusan politik dan agama kehidupan masyarakat Mesir. Akhirnya, mereka menyiksa Bani Israil dengan siksaan yang pedih. Hal ini terekam dalan Firman Allah,’’(ingatlah) ketika kami selamatkan kamu dari (Firaun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpahkan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya.meraka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaanyang besar dari Rabbmu,’’ (QS. Al-baqarah [2]:49).
Ditengah kesulitan yang dialami Bani Israil, Allah berkehendak atas kelahiran Musa. Sang ibu pun menyembunyikan kelahirannya, sebagimana firman Allah,’’Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; ‘’ Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nill). Dan jaganlah kamu khawatir dan jaganlah (pula) bersedih hati, karena Sesungguhnya kami akan mengembalikan kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para Rasul,’’ (QS. Qashash [28]: 7).
Janji Allah untuk menjaga bayi ini pun terbukti. Fir’aun memperoleh istrinya mencarinya seorang ibu yang mau menyusui bayi tersebut. Dia pun menemukan ibu Musa dan menyuruhnya sang ibayi.
Musa dibesarkan di lingkungan istana Fir’aun di tangan para dukun dan pemuka-pemuka agama mereka. Ketika dewasa, Allah memberinya ilmu dan hkmah. Pada suatu hari, ada orang Mesir yang mengejek dan memaksa seseorang bani Israil melakukan suatu pekerjaan untuknya. Orang bani Israil itu lantas meminta pertolongan Nabi Musa. Dia pun menolong dan memukul orang Mesir itu, dan tanpa sengaja orang itu mati.
Pada hari berikutnya, orang bani Israil kembali berkelahi dengan orang Mesir yang lain. Orang bani Israil itu lantas meminta pertolongan lagi kepada Nabi Musa. Akan tetapi Nabi Musa malah membentak dan memarahi orang Israil itu karena seringnya dia berbuat buruk. Orang Israil itu mengira Musa akan membunuhnya. Dia pun segera bertanya,’’Apakah engkau ingin membunuhku seperti orang Mesir kemarin?’’ Mendengar cerita pembunuhan itu, orang Mesir tersebut segera menemui kaumnya dan menceritakan apa yang terjadi. Fir’aun pun segera mengirim pasukan mencari Musa untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Namun, salah seorang yang menyayangi Musa segera memberi tahunya setelah mendengar sesuatu yang terjadi di istana Fir’aun. Dia menyuruh Musa pergi meninggalkan bahaya ancaman Fir’aun. Musa pun pergi meninggalkan Mesir menuju Madya, daerah di bagian barat laut jizarah Arab.
Di Madyan, Musa tinggal di rumah orang tua yang beriman, yaitu Nabi Syuaib. Setelah orang tua itu (Nabi Syuaib) melihat keluhuran akhlak dan tanggung jawab Musa yang sangat tinggi, dia lalu menikahkan Musa dengan salah satu putri beliau. Musa kemudian ingin kembali ke Mesir setelah lama tinggal di Madyan.
Ketika sampai di bukit Tursina, Musa tersesat. Tibalah waktu malam saat Allah hendak memberikan tugas kenabian dan wahyu kepadanya. Pada saat itu, malam terasa dingin dan Musa melihat cahaya api dari kejahuan. Dia lantas menyuruh keluarganya agar tidak meninggalkan tempat mereka karena dia ingin pergi mencari sedikit api untuk penerangan. Tatkala dia sampai ke api tersebut, Allah berfirman kepadanya,’’Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada ilah  selain aku, maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-ku,’’ (QS. Thaha [20]: 14).
Hal itu kemudian menjadi tanda awal kenabian Musa sebagai kalimullah. Permintaan Musa pun dikabulkan dan Allah mengutus pula saudaranya, Harun sebaagai pendampingnya.
Allah memerintahkan mereka berdua (Musa dan Harun)  agar bertutur lemah lembut saat memperingati Fir’aun, selain itu, mereka juga diperintahkan untuk mengatakan kepada Fir’aun, ‘’kami adalah utusan Rabb alam semesta kepadamu. Lepaskanlah bani Israil dan jangan siksa mereka. Keselamatan bagi siapa saja yang mengikuti petunjuk.’’
Pada saat itulah kesombangan menguasai Fir’aun hingga dia berkata kepada Musa, bahkan mulai mengejek dan menuduh Nabi Musa dan Nabi Harun melakukan sihir. Fir’aun lalu memerintahkan tulang sihirnya untuk menghadapi mereka berdua. Ahli sihir Fir’aun pun berdatangan dan melempari tali-tali mereka dan menyihirnya menjadi ular untuk menandingi Musa. Nabi Musa lantas melemparkan tongkatnya yang kemudian berubah menjadi ular dan menelan ular-ular mereka atas pertolongan Allah.
Melihat mukjizat itu, para ahli sihir Fir’aun pun mengimani Musa dan syariat Allah yang dia bawa. Mereka juga tidak memedulikan sebagai ancaman Fir’aun. Mereka semua berkata seperti yang diabadikan Al-Qur’an,’’Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami melakukannya. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya0,’’ (QS. Thaha [20]:730).
Fir’aun lalu berancana membunuh Musa dan Harun serta semakin keras menyiksa bani israil. Nabi Musa memerintahkan mereka untuk menguatkan jiwa dan bersabar. Dia kemudia berdoa kepada Allah agar menurunkan azab yang pedih kepada Fir’aun dan kaumnya. Allah berfirman,’’ Maka kami kirimkan kepada mereka taufan, belakang, kutu, katak dan darah (air minum berubah menjadi darah) sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetapa menyombongkan diri dan mereka adalah yang berdosa. ),’’(QS. Al-A’raf [7]: 133).
Ketika Fir’aun dan kaumnya sudah tidak berdaya dengan azab dengan azab yang menimpah mereka. Dia pun meminta kepada Musa agar berdoa kepada Allah untuk menghentikan siksaan itu. Fir’aun kemudian berjanji tidak akan mengulangi lagi menyiksa bani Israil. Nabi Musa lantas memohon kepada Allah agar menghentikan siksaan itu dan Allah pun mengakhirnya. Namun, Fir’aun ingkar janji, dan dia kembali enyiksa bani Israil untuk kedua kalinya.
Sementara itu, bani Israil berkumpul dan meminta kepada Nabi Musa dan Nabi Harun agar dia membawa mereka keluar dari mesir. Nabi Musa dan Nabi Harun pun membawa kaumnya daan berangkat ke arah negeri kan’an melewati sinai. Fir’aun beserta bala tentaranya mengejar mereka namun, Nabi Musa dan Nabi Harun beserta kaumnya dapat menyeberangi laut dengan Mukjizat yang telah Allah berikan kepada Musa. Fir’aun dan pasukannya juga ikut menyeberangi laut mengejar mereka, tetapi Allah menenggelamkan Fir’aun beserta tentaranya.
Nabi Musa dan Nabi Harun serta bani Israil tiba di padang pasir negeri Sinai. Setelah melihat banyak perbedaan antara daerah itu dan negeri sungai Nil yang subur (Mesir), mereka mengajukan berbagi permintaan kepada Nabi Musa. Nabi Musa telah meneriman taurat. Di dalamnya terdapat beragam syariat samawiyah. Kaumnya mulai menyeleweng, terlebih setelah Nabi Musa pergi untuk menerima lembaran wahyu. As-Samiri tekah mempengahui bani israil untuk menyembah anak sapi sehingga mereka meminta kepada Musa agar dibuatkan patung untuk disembah.
Nabi Musa lantas marah dan mengecam permintaan mereka. Dia ingin menjadikan sebuah pusat untuk kaumnya. Dia kemudian pergi menuju kota ariha (Jericho) tetapi kaumnya tidak mau dan berkata seperti termaktub dalam Al-Qur’an,’’ Mereka berkata, ‘wahai Musa, sampai kapanpun kami tidak akan memasuki, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu, pergilah engkau bersama Rabbmu, dan berperanglah kalian berdua, biarlah kami tetap (menanti) di sini saja,’ ‘’ (QS.Al-Ma’idah [5]: 24).
Di saat mereka menolak untuk masuk negeri yang disucikan itu, Allah membalasnya dengan azab. Mereka pun tersesat di lembah Tih selama 40 tahun. Beberapa tahun setelah itu, Nabi Harun wafat lalu disusul Nabi Musa. Setelah Nabi Musa wafat, bani Israil baru merasakan buruk dan bodohnya perbuatan serta tingkah laku mereka kepada Nabi Musa. Karena itu, mereka mengangkat Yusya’ bin Nun sebagai Raja. Dialah yang kemudian membawa mereka menyeberangi sungai Jordan (asy-Syari’ah) menuju kota Ariha dan tinggal di sana.
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA
ASSALAMUALAIKUM...

4 comments:

  1. ’’Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada ilah selain aku, maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-ku,’’ (QS. Thaha [20]: 14).

    ReplyDelete
  2. Nabi Musa dan Nabi Harun beserta kaumnya dapat menyeberangi laut dengan Mukjizat yang telah Allah berikan kepada Musa. Fir’aun dan pasukannya juga ikut menyeberangi laut mengejar mereka, tetapi Allah menenggelamkan Fir’aun beserta tentaranya.

    ReplyDelete
  3. Firman Allah:’’Dan kami telah menganugerahkan kepadanya sebahagian rahmat kami, yaitu saudaranya, Harun menjadi seorang Nabi.’’

    ReplyDelete