KISAH NABI ZAKARIA
‘’(Ingatlah) ketika Imran
berkata: ‘Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku telah menazarkan kepada engkau anak yang
dalam kandunganku menjadi anak yang saleh dan berkhidmat (di Baiti Maqdis).
Karena itu terimalah (nazar) itu dariku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.’’’ (QS. Ali ‘Imran: 35)
Ia bernazar agar anaknya menjadi seorang
pembantu di mesjid sepanjang hidupnya yang mengabdi kepada Allah SWT dan
mengabdi kepada rumah-Nya, yaitu masjid. Lalu tibalah hari kelahiran. Istri
Imram melahirkan seorang anak perempuan. Istri itu merasa terkejut karena ia
menginginkan seorang anak lelaki yang dapat mengabdi untuk masjid dan beribadah
di dalamnya. Ketika ia melihat bahwa anaknya seorang perempuan, maka ia tetap
menjalankan nazarnya, meskipun anak lelaki bukan seperti anak perempuan:
‘’Maka tatkala istri Imran melahirkan
anaknya, dia pun berkata: ‘Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku melahirkan seorang anak
perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu, dan anak
laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia
Maryam.’’(QS. Ali Imran: 36)
Allah SWT mendengar doa istri Imran;
Allah SWT mendengar apa yang kita ucapkan dan apa yang kita bisikkan dalam diri
kita, bahkan apa yang kita inginkan untuk kita ucapkan dan kita tidak
melakukannya. Semua itu diketahui oleh Allah SWT. Allah SWT mendengar bahwa
istri Imran memberitahu-Nya bahwa ia melahirkan anak perempuan dan Allah SWT
lebih mengetahui tentang anak yang dilahirkannya. Allah SWT-lah yang memilih
jenis kelamin anak yang lahir di mana Dia menciptakan anak laki-laki atau
perempuan. Allah SWT mendengar bahwa istri Imran berdoa kepada-Nya agar Dia
menjaga anak perempuan ini yang dinamakan Maryam dan juga menjaga keturunannya
dari setan yang terkutuk:
‘’Dan aku mohon perlindungan
untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau dari setan
yang terkutuk. Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan yang baik, dan
mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan menjadikan Zakaria pemeliharanya.’’
(QS. Ali ‘Imran: 36-37)
Allah SWT mengabulkan doa istri Imran dan
ibu Maryam. Allah SWT menyambut Maryam dengan penyambutan yang baik dan
memberinya keturunan yang baik. Allah SWT berkehendak melalui rahmat-Nya untuk
menjadikan perempuan ini sebagai wanita terbaik di muka bumi dan menjadikan ibu
dari seorang Nabi yang kelahirannya merupakan Mukjizat terbesar seperti
kelahiran Nabi Adam. Nabi Adam lahir
tanpa seorang ayah atau pun ibu, sedangkan Nabi Isa lahir tanpa seorang ayah.
Nabi Isa berasal dari ibu yang suci yang belum menikah, yang belum disentuk
oleh manusia.
Mula-mula kelahiran Maryam mendatangkan
sedikit problem. Imran telah mati sebelum kelahiran Maryam dan para ulama di
Zaman itu dan para pembesar ingin mendidik Maryam. Setiap orang berlomba-lomba
untuk mendapatkan kemulian ini, yaitu mendidik seorang perempuan dari seorang
lelaki besar yang mereka hormati.
Zakaria berkata: ‘’Biarkan aku yang mengasuhnya karena ia adalah kerabat
dekatku. Isrtiku adalah bibinya dan aku adalah seorang Nabi dari umat ini. Aku
lebih utama dari pada kalian untuk mengasuhnya.’’ Lalu para ulama dan para guru
berkata: ‘’Mengapa tidak kalian untuk mengasuhnya.’’Kami tidak akan membiarkan
engkau mendapatkan keutamaan ini tanpa persetujuan dari kami.’’ Hampir saja
mereka berselisih dan bertarung kalau seandainya mereka tidak menyepakati
diadakannya undian. Yakni seseorang yang mendapatkan undian, maka itulah yang
akan mengasuh Maryam.
Diadakanlah undian. Maryam diletakkan di
atas tanah dan diletakkan di sebelahnya pena-pena orang-orang yang ingin
mengasuhnya. Kemudian mereka menghadirkan anak kecil lalu anak kecil itu
mengeluarkan pena Zakaria. Zakaria berkata: ‘’Allah SWT memutuskan agar aku
mengasuhnya.’’ Para ulama dan para Syekh berkata: ‘’Tidak, undian harus
dilakukan tiga kali.’’ Mereka mulai berpikir tentang undian yang kedua. Setiap
orang mengukir namanya di atas pena kayu dan mereka berkata, kita akan
melemparkan pena-pena kita di sungai, maka siapa yang penanya menentang arus,
itulah yang menang:
‘’Padahal kamu tidak hadir beserta mereka,
ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di
antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka
ketika mereka bersengketa.’’ (QS. Ali ‘Imran: 44)
Mereka pun melemparkan pena-pena mereka
di sungai sehingga pena-pena itu berjalan bersama arus, kecuali pena Zakaria
yang menantang arus. Zakaria merasa bahwa mereka akan puas tetapi mereka
bersikeras untuk mengadakan undian yang ketiga kali. Mereka berkata: ‘’Kita
akan melemparkan pena-pena kita di sungai. Pena yang berjalan bersama arus,
maka itulah yang akan mengasuh Maryam.’’ Mereka pun melemparkan pena-pena
mereka dan semua berjalan menantang arus, kecuali pena Zakaria. Akhirnya,
mereka menyerah kepada Zakaria dan mereka menyerahkan anak itu kepadanya agar
Zakaria mengasuhnya. Nabi Zakaria mulai mengasuh Maryam dan mendidiknya serta
menghormatinya sampai ia dewasa. Maryam memiliki tempat khusus di dalam mesjid.
Ia selalu beribadah dan salat di dalamnya serta berzikir dan bersyukur dan
menuangkan cintanya kepada Allah SWT. Terkadang Zakaria mengunjunginya di
mihrab. Tiba-tiba, pada suatu hari Zakaria menemuinya dan ia melihat sesuatu
yang mencengangkan. Saat itu musim panas tetapi Nabi Zakaria menemui di tempat
Maryam buah-buahan musim dingin, dan pada kesempatan yang lain ia menemui buah-buahan musim panas sedangkan
saat itu musim dingin. Zakaria bertanya kepada Maryam: ‘’Darimana datangnya
rezeki ini?’’ Maryam menjawab: ‘’Bahwa
itu berasal dari Allah SWT.’’ Pemandangan seperti ini berulang lebih dari
sekali:
‘’Setiap Zakaria masuk menemui Maryam di
mihrab, ia dapati makanan di sisinya.’’ (QS. Ali ‘Imran: 37)
Nabi Zakaria adalah seorang tua dan
rambutnya sudah dikelilingi uban. Ia merasa bahwa tidak lama lagi hidupnya akan
berakhir dan istrinya, bibi Maryam, adalah seseorang wanita tua sepertinya yang
belum melahirkan seorang pun dalam hidupnya karena ia wanita yang mandul. Nabi
Zakaria menginginkan agar ia mendapatkan seorang anak laki-laki yang akan
mewarisi ilmunya dan akan menjadi Nabi yang dapat membimbing kaumnya dan
berdakwa kepada mereka untuk mengikuti kitab Allah SWT.
Zakaria tidak menyampaikan keinginan
ini kepada seseorang pun, bahkan kepada istrinya, tetapi Allah SWT
mengetahuinya sebelum pikiran itu disampaikan. Pada pagi itu zakaria menemui
maryam di mihrabnya, lalu ia mendapati buah – buahan yang sebenarnya sudah
tidak musim. Zakaria bertanya kepada maryam:
“Zakaria
berkata: mai maryam dari mana memperoleh makanan ini? Maryam menjawab: makanan
itu dari sisi Allah “ Sesungguhnya ALLAH memberi rezeki kepada siapa yang
dikehendakinya tanpa hisab. Disanalah zakaria berdo’a kepada tuhannya.(Q.S Ali Imran 37-38 ).
Zakaria
berkata pada dirinya sendiri maha sucu ALLAH SWT dan dia maha kuasa atas segala
sesuatu. Lalu kerinduan mulai menyelimuti hatinya dan ia mulai menginginkan
keturunan. Nabi zakaria berdoa kepada tuhannya.
“(yang
dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat tuhan kamu kepada hambanyanya
zakaria yaitu tatkala ia berdo’a kepada tuhanny dengan suara yang lembut. Ia berkata
“ ya tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemaah dan kepalaku telah ditumbuhi
uban, dan aku belum pernah kecewa dalam bero’a kepada engkau, ya tuhanku. Dan sesungguhnya
aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalanku, sedang istriku adalah seorang
yang mandul, maka anugerahailah aku dari sisi engkau seorang putera, yang akan
mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga yakub dan jadikanlah ia, ya
tuhanku, seorang yang diridahi.(QS.Maryam:2-6)
Nabi
zakaria meminta kepada penciptanya tanpa mengangkat tanpa mengangkat suara
keras –keras agar dia memberikan seorang laki –laki yang mewarisi kenabian dan
hikma serta keutamaan dari lmu. Nabi zakaria khawatir kaumnya akan tersesat
setelahnya di mana tidak ada seorang nabi setelahnya. ALLAH SWT mengabulkan do’a
zakaria. Belum lama nabi zakaria berdo’a kepada ALLAH SWT hingga malaikat memanggilnya
saat ia shalat di mihrab.
“hai
zakaria , sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu akan (memperoleh)
seorang anak yang namanya yahya, yang sebelumnya kami belum pernah menciptakan
orang yang serupa dengan dia.” (QS. Maryam:7).
TERIMAKASIH...
BERSAMBUNG...
Allah SWT mendengar doa istri Imran;
ReplyDeleteZakaria berkata: ‘’Allah SWT memutuskan agar aku mengasuhnya.’’ Para ulama dan para Syekh berkata: ‘’Tidak, undian harus dilakukan tiga kali.’’ Mereka mulai berpikir tentang undian yang kedua. Setiap orang mengukir namanya di atas pena kayu dan mereka berkata, kita akan melemparkan pena-pena kita di sungai, maka siapa yang penanya menentang arus, itulah yang menang:
ReplyDelete‘’Setiap Zakaria masuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya.’’ (QS. Ali ‘Imran: 37)
ReplyDeleteTERIMAKASIH...
ReplyDelete