Friday, October 5, 2018

Kisah Kemuliaan Dan Keutamaan AISYAH R.A


kisah kemuliaan dan keutamaan aisyah RA

Beliau adalah Ummul Mukminin Ummu Abdillah Aisyah binti Abu Bakr, Shiddiqah binti Shiddiqul Akbar, istri tercinta Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau lahir empat tahun setelah diangkatnya Muhammad menjadi seorang Nabi. Beliau bernama Ummu Ruman binti Amir bin Umaimir bin Abdi Syams bin kinanah yang meninggal dunia pada waktu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup tepatnya pada tahun ke-6 H.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Aisyah dua tahun sebelum hijrah melalui sebuah ikatan suci yang mengukuhkan gelar Aisyah menjadi Ummul Mukminin, tatkala itu Aisyah masih berumur enam tahun. Dan Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa sallam membangun rumah tangga dengannya setelah berhijrah, tepatnya pada bulan Syawwal tahun ke-2 Hijrah dan ia sudah berumur sembilan tahun. Aisyah menceritakan,
‘’Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahiku panca meninggalnya Khadijah sedang aku masih berumur enam tahun, dan aku dipertemukan dengan Beliau tatkala aku berumur sembilan tahun. Para wanita datang kepadaku padahal aku sedang asyik bermain ayunan dan rambutku terurai panjang, lalu mereka menghiasiku dan mempertemukan aku dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.’’ (Lihat Abu Dawud: 9435). Kemudian biduk rumah tangga itu berlangsung dalam suka dan duka selama 8 tahun 5 buln, hingga Rasululllah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia pada tahun 11 H. Sedang Aisyah baru berumur 18 tahun.
Aisyah adalah seorang wnita berparas cantik berkulit putih, sebab itulah ia sering dipanggil dengan ‘’Humairah’’ selain cantik, ia juga dikenal sebagai seorang wanita cerdas yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mempersiapkannya untuk menjadi pendamping Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam dalam mengemba amanah risalah yang akan menjadi penyejuk mata dan pelipur lara bagi diri beliau. Suatu hari jibril memperlihatkan (kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) gambar Aisyah pada secarik kain sutra berwarna hiju sembari mengatakan,’’Ia adalah calon istrimu kelak, di dunia dan di akhirat.’’ (HR. At-Tirmidzi (3880), lihat Shahih sunan at-Tirmidzi (3041)
Selain menjadi seorang pendamping setiap yang selalu siap memberi dorongan dan motivasi kepada suami tercinta di tengah beretnya medan dakwa dan permusuhan dari kaumnya, Aisyah juga tampil menjadi seorang penuntut ilmu yag senantiasa belajar dalam madrasa nubuwwah di mana beliau menimba ilmu langsung dari sumbernya. Beliau tercatat termasuk orang yang banyak meriwayatkan hadits dan memiliki keunggulan dalam berbagai cabang ilmu di antaranya ilmu fikih, kesehatan, dan Muslim dan 174 hadits yang hanya diriwayatkan oleh Imam Bukhari serta 54 hadits hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sehingga pembesar para sahabat kibara tatkala mereka mendapatkan permasalahan mereka datang dan merujuk kepada Ibunda Aisyah.
Kedudukan Aisyah Di sisi Rasulullah
Suatu hari orang-orang Habasya masuk masjid dan menunjukkan akraksi permainan di dalam masjid, lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil Aisyah,’’Wahai Humaira, apakah engkau mau melihat mereka?’’ Aisyah menjawab,’’ Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan aku tempelkan wajahku pada pipi beliau.’’ Lalu ia mengatakan,’’Diantara perkataan mereka tatkala itu adalah,’Abdul Qasim adalah seorang yang baik’.’’ Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,’’Apakah sudah cukup Wahai Aisyah?’’ Ia menjawab: ‘’Jangan terburu-buru wahai Rasulullah.’’ Maka beliau pun tetap berdiri. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulangi lagi pertanyaannya,’’Apakah sudah cukup wahai Aisyah?’’ Namun, Aisyah tetap menjawab, ‘’Jangan terburu-buru wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,’’Aisyah mengatakan,’’Sebenarnya bukan karena aku senang melihat permainan mereka, tetapi aku hanya ingin memperlihatkan kepada para wanita bagaimana kedudukan Nabi Shallallahu ‘alahi wa sallam terhadapku dan kedudukanku terhadapnya.’’ (HR. An-Nasa’i (5/307), lihat Ash Shahihah (3277))
CANDA NABI KEPADA AISYAH
Aisyah bercerita,’’Suatu waktu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang untuk menemuiku sedang aku tengah bermain-main dengan gadis-gadis kecil.’’ Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadaku,’’Apa ini wahai Aisyah.’’ Lalu aku katakan, ‘’itu adalah kuda Nabi Sulaiman yang memiliki sayap.’’Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tertawa. (HR. Ibnu Sa’ad dalam Thabaqat (8/68), lihat Shahih Ibnu Hibban (13/174))
Suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berlomba lari dengan Aisyah dan Aisyah menang. Aisyah bercerita,’’Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berlari dan mendahuluiku (namun aku mengejarnya) hingga aku mendahuluinya. Tetapi, tatkala badaku gemuk, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak lomba lari lagi namun beliau mendahului, kemudian beliau mengatakan,’’Wahai Aisyah, ini adalah balasan atas kekalahanku yang dahulu’. (HR. Thabrani dalam Mu’jamul kabir 23/47), lihat Al-Misykah (2.238))
KEUTAMAAN-KEUTAMAAN AISYAH
Banyak sekali keutamaan yang dimiliki oleh Ibunda Aisyah, sampai-sampai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan dalam sabdanya:Orang yang mulia dari kalangan wanita hanyalah Maryam binti Imron dan Asiyah istri Fir’aun, dan keutamaan Aisyah atas semua wanita seperti keutamaan tsarid atas segala makanan.’’ (HR. Bukhari (5/2067 dan Muslim (2431))
Beberapa kemulian itu di antaranya:
Pertama: Beliau adalah satu-satunya istri Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam yang dinikahi tatkala gadis, berbeda dengan istri-istri Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam yang lain karena dinikahi tatkala janda.
Aisyah sendiri pernah mengatakan,’’Aku telah diberi sembilan perkara yang tidak diberikan kepada seorang pun setelah Maryam. Jibril telah menunjukkan gambarku tatkala Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam diperintah untuk menikahiku, beliau menikahiku tatkala aku masih gadis dan tidaklah beliau menikahi seorang gadis kecuali diriku, beliau meninggal dunia sedang kepalanya berada dalam dekapanku serta beliau dikuburkan di rumahku, para Malaikat menaungi rumahku, Al-Qur’an turun sedang aku dan beliau berada dalam satu selimut, aku adalah putri kekasih dan sahabat terdekatnya, pembelaan kesucianku turun dari atas langit, aku dilahirkan dari dua orang tua yang baik, aku dijanjikan dengan ampunan dan rezeky yang mulia.’’ (Lihat al-Hujjah Fi Bayan Mahajjah (2/398))
Kedua: Beliau adalah orang yang paling dicintai oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam dari kalangan wanita.
Suatu ketika Amr bin al-Ash bertanya kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam,’’Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling engkau cintai?’’ Beliau menjawab,’’Aisyah.’’’’Dari kalangan laki-laki?’’ tanya Amr. Beliau menjawab,’’Bapaknya.’’ (HR. Bukhari (3662) dan Muslim (2384))
Maka pantaskah kita membenci apalagi mencela orang yang paling dicintai oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam?!! Mencela Aisyah berarti mencela, menyakiti hati, dan mencoreng kehormatan Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam. Na’udzubillah.
Ketiga: Aisyah adalah wanita yang paling alim dari pada wanita lainnya.
Berkata az-Zuhri,’’Apabila ilmu Aisyah dikumpulkan dengan ilmu seluruh para wanita lain, maka ilmu Aisyah lebih utama.’’ (Lihat Al-Mustadrak Imam Hakim (4/11))
Berkata Atha’,’’Aisyah adalah wanita yang paling faqih dan pendapat-pendapatnya adalah pendapat yang paling membawa kemaslahatan untuk umum.’’ (Lihat al-Mustadrok Imam Hakim (4/11))
Berkata Ibnu Abdir Barr,’’Aisyah adalah satu-satunya wanita di zamannya yang memiliki kelebihan dalam tiga bidang ilmu: ilmu faqih, ilmu kesehatan, dan ilmu syair.’’
Keempat: para pembesar sahabat apabila menjumpai ketidakpahaman dalam masalah agama, maka mereka datang kepada Aisyah dan menanyakannya hingga Aisyah menyebutkan jawabannya.
Berkata Abu Musa al-Asy’ari,’’ Tidaklah kami kebingungan tentang suatu hadits lalu kami bertanya kepada Aisyah, kecuali kami mendapatkan jawaban dari sisinya.’’ (Lihat Shahih Sunan at-Tirmidzi (3044))
Kelima: Tatkala istri-istri Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam diberi pilihan untuk tetap bersama Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam dengan kehidupan apa adanya, atau diceraikan dan akan mendapatkan dunia, maka Aisyah adalah orang pertama yang menyatakan tetap bersama Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bagaimanapun kondisi beliau sehingga istri-istri Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam yang paling mengikuti pilihan-pilihannya.
Keenam: Syari’at tayammum disyari’at karena sebab beliau, yaitu tatkala manusia mencarikan kalungnya yang hilang di suatu tempat hingga datang waktu Shalat namun mereka tidak menjumpai air hingga disyari’atkanlah tayammum.
Berkata Usaid bun Khudair,’’Itu adalah awal keberkahan bagi kalian wahai keluarga Abu Bakr.’’ (HR. Bukhari (334))

Ketujuh: Aisyah adalah wanita yang dibela kesuciannya dari langit ketujuh.
Prahara tuduhan zina yang dilontarkan orang-orang munafik untuk menjatuhkan martabat Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam lewat istri beliau telah tumbang dengan turunnya 16 ayat secara berurutan yang akan senantiasa dibaca hingga hari kiamat. Allah Subhanahu wa Ta’ala mempersaksikan kesucian Aisyah dan menjanjikannya dengan ampunan dan rezeki yang baik.
Namun, karena ketawahu’annya (kerendahan hatinya), Aisyah mengatakan,’’Sesungguhnya perkara yang menimpahku atas diriku itu lebih hina bila Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentangku melalui wahyu yang akan senantiasa dibaca.’’ (HR. Bukhari (4141))
Oleh karenya, apabila Masruq meriwayatkan hadits dari Aisyah, beliau selalu mengatakan,’’Telah bercerita kepadaku Shiddiqoh binti Shiddiq, wanita yang suci dan disucikan.’’
Kedelapan: Barang siapa yang menuduh beliau telah berzina maka dia kafir, karena Al-Qur’an telah turun dan mensucikan dirinya, berbeda dengan istri-istri Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam yang lain.
Kesembilan: Dengan sebab beliau Allah Subhanahu wa Ta’ala mensyari’atkan hukuman cambuk bagi orang yang menuduh wanita muhShanat(yang menjaga diri) berzina, tanpa bukti yang dibenarkan syari’at.
Kesepuluh: Tatkala Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam sakit, Beliau memilih tinggal di rumah Aisyah dan akhirnya Beliau pun meninggal dunia dalam dekapan Aisyah.
Berkata Abu Wafa’ Ibnu Aqil,’’Lihatlah bagaimana Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam memilih untuk tinggal di rumah Aisyah tatkala sakit dan memilih bapaknya (Abu Bakr) untuk menggantikannya mengimami manusia, namun mengapa keutamaan agung semacam ini bisa terlupakan oleh hati orang-orang Rafidha padahal hampir-hampir saja keutamaan ini tidak luput sampaipun oleh binatang, bagaimana dengan mereka...?!!’’
Aisyah meninggal dunia di Madinah malam selasa tanggal 17 Ramadhan 57 H, pada masa pemerintahan Muawiyah, di usianya yang ke 65 tahun, setelah berwasiat untuk dishalati oleh Abu Hurairah dan dikuburkan di pekuburan Baqi pada malam itu juga. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhai Aisyah dan menempatkan beliau pad kedudukan yang tinggi di sisi Rabb-Nya. Aamiin.
Wallahu A’lam.


4 comments:

  1. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil Aisyah,’’Wahai Humaira,

    ReplyDelete
  2. Beliau adalah satu-satunya istri Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam yang dinikahi tatkala gadis, berbeda dengan istri-istri Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam yang lain karena dinikahi tatkala janda.

    ReplyDelete