Friday, October 12, 2018

APA yang Terjadi Setelah kita Dimasukkan ke Liang Kubur



gambaran hidup di alam kubur

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Adakah dari kita yang tidak mengetahui bahwa suatu ketika akan datang kematian pada kita. Allah Ta’ala telah berfirman, yang artinya, ‘’Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian. Dan kami benar-benar akan menguji kalian dengan kejelekan dan kebaikan, dan kepada kamilah kalian akan dikembalikan.’’ (QS. Al-anbiyaa’ : 35). Ya, setiap dari kita insya Allah telah menyadari dan menyakini hal ini. Tetapi kebanyakan orang telah lalai atau bahkan sengaja melalaikan dari mereka sendiri. Satu persatu orang yang kita kasihi telah pergi (meninggal) tapi seakan-akan kematian mereka tidak meninggal dfaidah bagi kita, kecuali rasa sedih akibat kehilangan mereka.
Saudariku, kematian adalah benar adanya. Begitu pula dengan kehidupan setelah kematian. Kehidupan akhirat, inilah yang seharusnya kita tuju. Kampung akhiratlah tempat kembali kita. Maka persiapkanlah bekal untuk menempuh jauhnya perjalanan. Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, ‘’Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan hanya permainan dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidaklah kamu memahaminya?’’ (QS. Al An’am: 32)
Ketahuilah wahai hamba Allah! Bahkan kuburan adalah persinggahan pertama menuju akhirat. Orang yang mati, berarti telah mengalami kiamat kecil. Apabila seorang hamba telah dikubur, akan diperlihatkan kepadanya tempat tinggalnya nanti pada pagi hari, yakni antara waktu fajar dan terbit matahari, serta waktu sore, yakni antara waktu dzuhur hingga maghrib. Apabila ia termasuk penghuni Jannah, akan diperlihatkan tempat tinggalnya di Jannah, dan apabila ia termasuk penguhuni Naar, akan diperlihatkan tempat tinggalnya di Narr.
Fitnah Kubur
Fitnah secara bahasa berarti ujian (ikhtibaar), sedangkan secara istilah fitnah kubur adalah pertanyaan yang ditunjukan kepada mayit tentang Rabbnya, agama dan Nabinya. Hal ini benar berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah. (Lihat Syarah Lum’atul I’tiqod hal 67, syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin)
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari hadits Al Barra’ bin ‘Azib bahwasanya ketika seorang mayit telah selesai dikuburkan dan dihadapkan pada alam akhirat, maka akan datang padanya dua malaikat (yaitu malaikat Munkar dan Nakir) yang akan bertanya kepada sang mayit tiga pertanyaan.
Pertanyaan pertama, ‘’Man Robbuka?’’ ... Siapakah Robbmu?
Kedua, ‘’Wa maa diinuka?’’ ... dan apakah agamamu?
Ketiga, ‘’Wa maa hadzaar rujululladzii bu’itsa fiikum?’’ ... dan siapakah orang yang telah diutus di antara kalian ini?
Tiga pertanyaan inilah yang disebut dengan fitnah kubur. Oleh karena itu, tiga pertanyaan pokok ini merupakan masalah besar yang penting dan mendesak untuk diketahui. Wajib bagi setiap manusia untuk mengetahui, meyakini dan mengamalkan hal ini, baik secara lahir maupun bathin. Tidak seorang pun dapat beralasan untuk tidak mengetahui tiga hal tersebut dan tidak mempelajarinya. Bahkan ketiga hal ini harus dipelajari sebelum hal lain. Perhatikanlah hal ini wahai saudariku!
Tiga pertanyaan ini juga awal dari nikmat dan siksaan di alam kubur. Orang-orang yang bisa menjawab adalah orang-orang yang paham, yakin dan mengamalkannya selama hidup sampai akhir hayat dan meninggal dalam keimanan. Seorang mukmin yang bisa menjawab ketiga pertanyaan, maka dia akan memperoleh nikmat kubur. Adapun orang kafir yang tidak bisa menjawabnya, maka dia akan dihadapkan kepada adzab kubur.
Saudariku, Allah Ta’ala telah berfirman dalam Al-Qur’an surah Ibrahim 27, yang artinya, ‘’ Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah akan menyesatkan orang-orang tang dzalim dan memperbut apa yang Dia kehendaki.’’
Menurut Ibnu Katsir yang dimaksud dengan ‘’ucapan yang teguh’’ adalah seorang mukmin akan teguh di atas keimanan dan terjaga dari syubhat dan ia akan terjaga di atas keimanan. Sedangkan di akhirat, ia akan meninggal dalam keadaan husnul khatimah (dalam keadaan beriman) dan bisa menjawab tiga pertanyaan. Kita memohon kepada Allah semoga Dia meneguhkan iman kita ketika masih hidup dan ketika akan meninggal dunia. Meneguhkan kita ketika menjawab ketiga pertanyaan serta ketika dibangkitkan kelak di akhirat. Keteguhan iman di dunia dan akhirat, inilah hakikat kebahagiaan yang sesungguhnya.
Bentuk-Bentuk Siksa Kubur
Saudariku. Telah disebutkan bahwa seorang yang kafir akan disiksa karena tidak bisa menjawab ketiga pertanyaan. Akan tetapi, bukan berarti seorang mukmin pasti akan terlepas dari adzab kubur. Seorang mukmin bisa saja diadzab disebabkan maksiat yang dilakukannya, kecuali bila Allah mengampuninya. Syaikh Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad Ath Thahawi berkata dalam kitabnya Aqidah Ath-Thahawiyah, ‘’Kita menimami adanya adzab kubur bagi orang yang berhak mendapatkannya, kita mengimami juga pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir kepadanya di dalam kubur tentang Rabbnya, agamanya, dan Nabinya berdasar kabar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta para sahabat Ridhwanaallahu’alaihim ajma’in. Alam kubur adalah taman-taman jannah atau kubangan Naar.’’
Diantara bentuk-bentuk adzab dan kriteria orang yang mengalaminya:
1.Dipecahkan kepalanya dengan batu, kemudian Allah tumbuhkan lagi kepalanya, dipecahkan lagi demikian seterusnya. Ini adalah siksa bagi orang yang mempelajari Al-Qur’an lalu tidak mengamalkan dan juga siksa bagi orang yang meninggalkan sholat wajib.
2.Dibelah ujung mulut hingga ke belakang kepala, demikian juga hidung dan kedua matanya. Merupakan siksa bagi orang yang pergi dari rumahnya di pagi hari lalu berdusta dan kedustaannya itu mencapai ufuk.
3.Ada kaum lelaki dan perempuan telanjang berada dalam bangunan menyerupai tungku. Tiba-tiba datanglah api dari bawah mereka. Mereka adalah para pezina lelaki dan perempuan.
4.Dijejali batu, ketika sedang berenang, mandi di sungai. Ini merupakan siksa bagi orang yang memakan riba.
5.Kaum yang separuh jasadnya bagus dan separuhnya lagi jelek adalah kaum yang mencapurkan antara amal shalih dengan perbuatan jelek, namun Allah mengampuni perbuatan jelek mereka.
6.Kaum yang memiliki kuku dari tembaga, yang mereka gunakan untuk mencakari wajah da dada mereka. Mereka adalah orang-orang yang suka memakan daging orang lain (menggunjing) yakni membicarakan aib mereka.
Adzab dan nikmat kubur adalah benar adanya berdasarkan Al Qur’an, As Sunnah dan ‘ijima ahlu sunnah. Nabi Shallallahi ‘alaihi wasallam selalu memohon perlindungan kepada Allah dari adzab kubur dan memerintahkan umatnya untuk melakukan hal itu. Dan hal ini hanya diingkari oleh orang-orang Mulhid (atheis). Mereka mengatakan bahwa seandainya kita membongkar kuburan tersebut, maka akan kita dapati keadaannya seperti semula. Namun, dapat kita bantah dengan dua hal:
1.Dengan dalil Al Qur’an dan Sunnah dan ‘ijma salaf yang menunjukkan tentang adzab kubur.
2.Sesungguhnya keadaan akhirat tidak bisa disamakan dengan keadaan dunia, maka adzab atau nikmat kubur tidaklah sama dengan apa yang bisa ditangkap dengan indra di dunia. (Diringkas dari Syarah Lum’atul I’tiqob, hal 65-66)
Banyak hadits-hadits mutawatir dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pembuktian adzab dan nikmat kubur mereka yang berhak mengecapkan. Demikian juga pertanyaan Munkar dan Nakir. Semua itu harus diyakini dan diimani keberadaannya. Dan kita tidak boleh mempertanyakan bagaimananya. Sebab akal memang tidak dapat memahami bentuk sesungguhnya. Karena memang tak pernah mereka alami di dunia ini.
Ketahuilah, bahwa siksa kubur adalah siksa di alam Barzakh. Barangsiapa yang mati, dan berhak mendapatkan adzab, ia akan menerima bagiannya. Baik ia dikubur maupun tidak. Meski dimangsa binatang buas, atau terbakar hangus hingga menjadi abu dan bertaburan dibawa angin; atau disalib dan tenggelam di dasar laut. Ruh dan jasadnya tetap akan mendapat siksa, sama seperti orang yang dikubur. (lihat Tahdzib Syarh Ath Thahawiyah, Syaikh Abdul Akhir Hammad al Ghunaimi)
Apakah Adzab kubur terjadi terus-menerus atau kaemudian berhenti?
Maka jawaban untuk pertanyaan ini ada dua macam:
Pertama, untuk orang kafir yang tidak bisa menjawab ketiga pertanyaan, maka adzab berlangsung terus-menerus. Sebagaimana firman Allah Ta’ala, yang artinya, ‘’Kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat (Dikatakan pada malaikat): Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras.’’ (QS. Ghafir: 46)
Demikian juga dalam hadits Al Barra’ bin ‘Azab tentang kisah orang kafir. ‘’kemudian dibukakan baginya pintu Naar sehingga ia dapat melihat tempat tinggalnya di sana hingga hari kiamat.’’ (HR. Imam Ahmad)
Kedua, untuk para pelaku maksiat yang ringan kemaksiatannya, maka adzab hanya berlangsung beberapa waktu kemudian berhenti. Mereka disiksa sebatas dosanya, kemudian diberi keringanan. (lihat Tahdzib Syarh Ath Thahawiyah, Syaikh Abdul Akhir Hammad al Ghunaimi)
Saudariku, semoga Allah melindungi kita dari adzab kubur dan memudahkan perjalanan setelahnya. Seringan apapun adzab kubur, tidak ada satupun dari kita yang sangup menahan penderitaannya. Begitu banyak dosa telah kita kerjakan.... maka jangan siakan waktu lagi untuk bertaubat. Janganlah lagi menunda berbuat kebaikan. Amal perbuatan kita, kita sendirilah yang akan mempertanggungjawabkannya da mendapat balasannya. Jika bukan kita sendiri yang beramal shalih demi keselamatan dunia dan akhirat kita, maka siapa lagi ???
Sungguh indah nasihat Yazud Ar Riqasyi rahimahullah yang dikatakannya pada dirinya sendiri, ‘’Celaka engkau wahai Yazid! Siapa yang akan mendirikan shalat untukmu setelah engkau mati? Siapa yang akan berpuasa untukmu setelah engkau mati? Siapa yang akan meminta maaf untukmu setelah engkau mati?’’ Lalu ia berkata, ‘’Wahai manusia, mengapa kalian tidak menangis akan meratapi dirimu selama sisa hidupmu. Barangsiapa yang akhirnya adalah mati, kuburannya sebagai rumah tinggalnya, tanah sebagai kasurnya dan ulat-ulat yang menemaninya, serta dalam keadaan demikian ia menunggu hari kiamat yang mengerikan. Wahai, bagaimanakah keadaan seperti ini?’’ Lalu beliau menangis. Wallahu Ta’ala a’lam.
Maraji :
1,Aqidah Ath-Thahawiyah, Syaikh Abu Ja’far Ahmad bin Muhammad Ath Thahawi (diambil dari Mutuunut Tauhidi wal ‘Aqiidati)
2.Syarah Al Waajibaat al Mutahattimat al Ma’rifah ‘alaa kulli Muslim wa Muslimah (edisi terjemah), Syaikh Ibrahim bin asy-Syikh Shalih bin Ahmad al Khuraishi, pustaka Imam Syafi’i

Wassalamu'alaikum wr.wb

Thursday, October 11, 2018

KISAH KESUKSESAN ABDURRAHMAN BIN AUF

sahabat nabi saw. abdurrahman bin auf RA
assalamualikum wr.wb
Salah satu seorang sahabat Nabi Shallallahu’alaihi wassallam yang mendapat rekomendasi masuk surga adalah ‘Abdurrahman bin ‘Auf bin ‘Abdil Harits Bin Zahrah Kilab bin al-Qurasyi az-Zuhri Abu Muhammad. Dia juga salah seorang dari enam orang Sahabat Radhiyallahu anhum yang ahli syurga. Dia dilahirkan kira-kira sepuluh tahun setelah tahun Gajah dan termasuk orang yang terdahulu masuk Islam. Dia berhijrah sebanyak dua kali dan ikut serta dalam perang Badar dan peperangan lainnya. Saat masih jahilillah, ia bernama ‘Abdul Ka’bah atau ‘Abu ‘Amr; kemudian diberi nama ‘Abdurrahman oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam. Ibunya bernama Shafiyah. Sedangkan ayahnya bernama ‘Auf bin ‘Abdu ‘Auf bin ‘Abdul Harits bin Zahrah.’ Abdurrahman bin ‘Auf adalah seorang Sahabat Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam yang sangat dermawan dan yang sangat memperhatikan dakwa Islam, berikut ini adalah sebagian kisahnya:
‘Abdurrahman bin Auf pernah menjual tanahnya seharga 40 ribu dinar, kemudian membagi-bagikan uang tersebut kepada para fakir miskin bani Zuhrah, orang-orang yang membutuhkan dan kepada Ummahatul Mukminin (para istri Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam). Al-Miswar berkata: ‘’Aku mengantarakan sebagian dari dinar-dinar itu kepada Aisyah Radhiyallahu anhuma. Aisyah Radhiyallahu anhuma dengan sebagian dinar-dinar itu.’’ Aisyah Radhiyallahu anhuma berkata: ‘’Siapa yang telah mengirim ini?’’ Aku menjawab: ‘’ Abdurrahman bin Auf’’. Aisyah Radhiyallahu anhuma berkata lagi: ‘’Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam telah bersabda : ‘’Tidak ada yang menaruh simpati kepada kalian kecuali dia termasuk orang-orang yang sabar. Semoga Allah Azza wa Jalla memberi minum kepada ‘Abdurrahman bin Auf dengan meminum surga  ‘’
Dalam hadits lain disebutkan bahwa suatu ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam memberikan (sesuatu) kepada sekelompok Sahabat Radhiyallahu anhum yang di sana terdapat ‘Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu anhum ; namun beliau Shallallahu’alaihi wa sallam tidak memberikan apa pun kepadanya. Kemudian ‘Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu anhum keluar dengan menangis dan bertemu Umar Radhiyallahu anhu. Umar Radhiyallahu anhu bertanya: ‘’Apa yang membuatmu menangis?’’ Ia menjawab: ‘’Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam memberikan sesuatu kepada sekelompok Sahabat, tetapi tidak memberiku apa-apa. Aku khawatir hal itu akibat ada suatu keburukan padaku’’. Kemudian Umar Radhiyallahu anhu masuk menemui Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam dan menceritakan keluhan ‘Abdurrahman Radhiyallahu anhu itu. Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam pun menjawab: ‘Aku tidak marah kepadanya, tetapi cukup bagiku untuk mempercayai imannya.’’ Keutamaan-keutamaan ‘Abdurrahman bin Auf di antaranya:
‘Abdurrahman bin ‘Auf walaupun memiliki harta yang banyak dan menginfakkanya di jalan Allah Azza wa Jalla, namun dia selalu mengintropeksi dirinya. ‘Abdurrahman Radhiyallahu anhu pernah mengatakan : ‘’kami bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam diuji dengan kesempitan, namun kami pun bisa bersabar, kemudian kami juga diuji dengan kelapangan setelah Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam dan kami pun tidak bisa sabar’’.
Suatu hari ‘Abdurrahman Radhiyallahu anhu diberi makanan, padahal dia sedang berpuasa. Ia mengatakan, ‘’Mush’ab bin Umair telah terbunuh, padahal dia lebih baik dariku. Akan tetapi dia tidak ada kafan yang menutupinya selain burdah (apabila kain itu ditutupkan di kepala, kakinya menjadi terlihat dan apabila kakinya ditutup dengan kain itu, kepalanya menjadi terlihat). Demikian pula dengan Hamzah, dia juga terbunuh, padahal dia lebih baik dariku, ketika meninggal, tidak ada kafan yang menutupinya selain burdah. Aku khawatir balasan kebaikan-kebaikanku diberikan di dunia ini. Kemudian dia menangis lalu meninggalkan makanan tersebut.
Senada dengan kisah di atas, Naufal bin al-Hudzali berkata,’’ Dahulu ‘Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu anhu teman bergaul kami. Beliau adalah sebaik-baik teman. Suatu hari dia pulang kerumahnya dan mandi. Setelah itu dia keluar, ia datang kepada kami dengan membawa wadah makanan berisi roti dan daging, dan kemudian dia menangis. Kami bertanya,’’ Wahai Abu Muhammad (panggilan ‘Abdurrahman), apa yang menyebabkaan kamu menangis?’’ Ia menjawab, ‘’Dahulu Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam meninggal dunia dalam keadaan beliau dan keluarganya belum kenyang dengan roti syair. Aku tidak melihat kebaikan kita diakhirkan.
‘Abdullah bin Abbas Radhiyallahu anhu meriwayatkan bahwa Umar bin Khathab Radhiyallahu anhu pergi ke Syam. Ketika sampai Sarghin (nama sebuah desa di batas Syam setelah Hijaz), ia berjumpa dengan penduduk al-Ajnad yaitu Abu Ubadah dan para sahabatnya. ,Mereka memberitahu bahwa wabah penyakit telah berjangkit di Syam. Umar Radhiyallahu anhu berkata : ‘panggilkan aku para Muhajirin yang wal (berhijah)!’ Aku (‘Abdullah bin Abbas-red) pun memanggil mereka. Umar Radhiyallahu anhu memberitahu dan meminta pendapat meraka tentang wabah tersebut. Kemudian mereka berselisih, sebagian lain mengatakan : ‘’Engkau telah keluar untuk suatu tujuan. Menurut pendapat kami, engkau jangan mundur.’’ Sedangkan sebagian lain mengatakan : ‘’Engkau bersama banyak orang dan bersama para Sahabat Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam, maka kami berpendapat agar tidak membiarkan  mereka terkena wabah.’’ Umar Radhiyallahu anhu bertanya lagi : ‘’Panggilan para Anshar untukku’’. Akupun memanggil mereka. Kemudian Umar Radhiyallahu anhu meminta pendapat kepada mereka dan mereka sama dengan pendapat para kaum Muhajirin yaitu mereka juga berbeda pendapat. Lalu Umar Radhiyallahu anhu berkata: ‘’panggilan orang-orang tua Quraisy dari orang yang hijrah ketika fathu Mekah, yang berada di sini.’’ Akupun memanggil mereka dan tidak ada seorangpun yang berselisih. Merekapun setuju dengannya. Abu Ubaidah bin Jarrah Radhiyallahu anhu mengatakan, ‘’Apa kita berusaha berlari dari takdir Allah Azza ea Jalla ?’’ Umar Radhiyallahu anhu menjawab,’’Seandainya selainmu mengucapkan hal itu, wahai Abu Ubaidah. Ya, kami berlari dari takdir Allah Azza wa Jalla menuju takdir Allah Azza wa Jalla yang lain. Kemudian datanglah ‘Abdurrahaman bin Auf Radhiyallahu anhu dan mengatakan: ‘’Dalam hal ini, aku memiliki ilmunya. Aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :
Jika kalian mendengar (ad wabah) di suatu negeri, maka janganlah kalian mendatanginya. Dan apabila wabah terjadi di suatu negeri dan kalian di dalamnya, maka janganlah kalian keluar/lari darinya. [HR. Bukhari no. 5398]
Pada zaman Nabi Shallallahu’alahi wa sallam ,’Abdurrahman bin ‘Auf Radhiyallahu anhu pernah menyedekahkan separuh hartanya. Setelah itu dia bersedekah lagi sebanyak 40.000 dinar. Kebanyakan harta bendanya diperoleh dari hasil perdagangan [9]
Ja’far bin Burqan mengatakan,’’Telah sampai kabar kepadaku bahwa ‘Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu anhu telah memerdekakan 3000 orang.
Imam Bukhari menyebutkan dalam kitab tarikhnya bahwa ‘Abdurrahman pernah menberikan wasiat kepada semua Sahabat yang mengikuti perang badar dengan 400 dinar. Dan jumlah mereka ketika itu 100 orang.[11]
Dia meninggal dunia pada tahun 32 H. Dia berumur 72 tahun dan dia dikubur  di pemakaman baqi’ dan ‘Utsman bin Affan Radhiyallahu anhu ikut menyalatkannya.[12]
Demikian selintas kisah tentang seorang Sahabat Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam yang sangat kaya, seorang konglomerat pada jamannya, namun amat sangat dermawan. Semoga menjadi tauladan bagi kita semua. Wallahua’lam
Referansi:
1.    Ash-Shahabah, Syaikh Shalih bin Thaha ‘Abdul Wahid, Maktabah al-Ghuraba , Dar al-Atsariyah, cet. Ke-1 tahun 1427H
2 Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah, Ibnu Hajar al-Asqalani, tahqiq: Khalil Makmun Syiha, Darul Makrifah, Beirut
3. Fadhailush Shahabah Lil Imam Ahmad, Dar Ibnu Jauzi cet. Ke-2 tahun 1420 M

terimakasih
assalamualaikum wr.wb

Wednesday, October 10, 2018

NAMA-NAMA SURGA DAN SIAPA SAJA YANG MEMASUKINYA


NAMA - NAMA SURGA DAN ORANG - ORANG YANG MEMASUKINYA


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, senang rasanya jika kita dapat berbagi cerita apalagi kalau berbicara tentang surga, suatu tempat di negeri akhirat yang didalamnya terdapat semua keindahan, kemegahan, dan kehidupan yang kekal. Namun dibalik itu seperti apakah surga itu? Hanya Allah yang Maha mengetahui segala sesuatu. Kenikmatan yang ada dalam surga itu tidak dapat kita bayangkan, karena semua kenikmatan dan keindahan dunia itu sekedar saja (sementara), sedangkan kenikmatan surga itu tiada tara (kekal selama-lamanya). Tetapi sebagian orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. jangan sekali-kali berharap bahwa amal-amal soleh yang telah kita lakukan semasa hidup di dunia bertujuan untuk mendapatkan surganya Allah, melainkan berharap ridha-Nya atas segala usaha baik kita lakukan  waktu di dunia (ikhlas).
Allah SWT. berfirman dalam hadits qudsi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW. bersabda, sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman:
Artinya: ‘’Aku telah menyediakan buat hamba-hamba-Ku yang soleh sesuatu, tak ada satu mata pun yang mampu melihatnya; tak ada satu telinga pun yang mampu mendengarnya; dan tidak pula haati mampu untuk membayangkannya, sebagai  simpanan (dalam memori hatinya). Biarlah Allah tidak memperlihatkannya kepada Anda, (sesuatu yang belum diperlihatkan itu amat besar dan mengagumkan). Kemudian Nabi membaca (ayat),
‘Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunykan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang mnyedapkan pandangan mata.’’’ (HR. Muslim).
Surga itu penuh kilauan cahayanya baunya haru semerbak, didalamnya ada istana yang tinggi, sungai-sungai yang terbentang lua dengan enak rasa yang tidak pernah rasa, bau dan warnanya, yaitu ada sungai susu yang sangat sedap bagi orang yang yang meminumnya, ada sungai anggur, sungai dari madu yang rasanya manis dan tidak membuat bosan orang-orang (penguhuni surga) itu meminum airnya., sungai khamar yang tidak menyebabkan mabuk bagi orang yang meminumnya. Didalam surga itu juga ada lautan dan kemudian dari laut-laut itu bercabang sungai-sungai surga, seperti sungai al-Kautsar, sungai Rajab, dan sungai Baariq. Sebagaimana Rasulullah SAW. mengatakan bahwa diantara sungai-sungai, itu ada yang bernama ‘’sungai Baariq’’ yang berada atau terletak di pintu surga. Orang-orang ati Syahid (para syuhada) mereka di alam barzakh berada sungai ini (sungai Baariq). Telah diriwayatkan dalam Musnad Imam Ahmad dan Mustadrak Imam Hakim, dari Ibnu Abbas r.a bahwa Rasulullah SAW. bersabda:
‘’Para syuhada berada di dekat ‘Baariq’, sebuah sungai di pintu surga dalam sebuah kubah hijau. Rizki mereka datang kepadanya dari surga pagi dan sore.’’
Nama-nama surga (surga itu ada 8, tetapi ada juga yang mengatakan ada 7 sesuai versi masing-masing, namun kita juga perlu memperhatikan persamaan dari nama-nama yang akan kita sebutkan dibawah ini beserta siapa saja yang menjadi penghuni surga-surga tersebut.
1.   SURGA FIRDAUS
‘’Sesungguhnya orang-orang yang memilihara shalatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.’’
(QS. Al-Mukminun: 9-11).
Para Penguni Surga Firdaus
1.Orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
2.Mereka yang mengerjakan shalat dengan khusu’.
3.Mereka yang menghindarkan diri dari segala sesuatu yang tidak berguna atau tidak manfaat untuk dirinya maupun orang lain.
4.Mereka yang membayar zakat.
5.Mereka yang senantiasa menjaga kehormatan dan menjaga kemaluan, kecuali terhadap istri-istri mereka.
6.Mereka yang amanah.
7.Mereka yang menempati janji.
8.Orang-orang yang memelihara shalatnya.
2. SURGA ‘ADN
‘’Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin lelaki dan perempuan (akan mendapat) surga di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan mendapat tempat-tempat yang bagus di surga ‘Adn.’’ (QS. At-Taubah : 72).
Para Penghuni Surga ‘Adn :
1.Mereka yang beriman dan beramal soleh.
2.Orang-orang yang selalu menepati janji.
3.Orang-orang yang takut kepada Allah dan takut trtimpa hisab buruk.
4.Orang-orang yang sabar dalam mencari keridhaan Allah.
5.Orang-orang yang senantiasa memberi sedekah dan berinfak sebagian rizki yang diberi Allah, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.
6.Orang-orang yang bertaqwa kepada Allah SWT.
7.Orang-orang yang mencegah kemungkaran dan menyeru dalam kebaikan (amal ma’ruf nahi munkar).
8.Orang-orang yang mendirikan shalat.
Sumber : Al-Qur’an surah Thah: 75-76 dab surah Ar-Ra’ad : 22-23
3.Surga Na’im
Surga Na’im diciptakan oleh Allah SWT. dari perak putih. Calon penghuninya adalah orang-orang yang benar bertaqwa dan beramal soleh. Sebagaiman Firman Allah SWT. berikut ini.
‘’Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertaqwa (disediakan) surga-surga yang penuh kenikmatan di sisi Tuhannya.’’ (Q.S Al-Qalam [68]: 34)
‘’Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal soleh, bagi mereka surga-surga yang penuh kenikmatan’’ (Q.S. Lukman [31]: 8)
‘’Kekuasaan di hari itu ada pada Allah, Dia memberi keputusan di antara mereka. Maka orang-orang yang beriman dan beramal soleh adalah di dalam surga yang penuh kenikmatan.’’ (Q.S. Al-Hajj [22]: 56)
4. Surga Ma’wa
Surga Ma’wa diciptakan oleh Allah SWT dari zamrud hijau. Calon penghuninya adalah:
1.Orang-orang yang benar-benar beriman dan beramal soleh.
‘’Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal soleh, maka bagi mereka surga-surga tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang telah mereka kerjakan.’’ (Q.S. As-Sajdah [32 : 19)
2.Orang-orang yang takut pada kebesaran Allah SWT. dan menahan diri dari hawa nafsu buruk.’’Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari hawa nafsunya. Maka sesungguhnya surga tempat tinggal(Nya).’’ (Q.S. An-Naazi’aat [79]: 40-41)
5. Surga Darussalam
Surga Darussalam diciptakan oleh Allah SWT dari yakut merah. Calon penghuninya dalah orang-orang yang kuat iman dan islamnya. Mengamalkan ayat-ayat Al-Qur’an dalam sehari-hari, serta mengerjakan amal soleh lainnya karena Allah SWT. Firman-Nya.
‘’Bagi mereka (disediakan) darussalam (surga) pada sisi Tuhannya dan Dialah pelindung mereka disebabkan amal-amal soleh yang selalu mereka kerjakan.’’ (Q.S. Al-An’aam [6]: 127)
6. Surga Darul Muqamah
Surga Darul Muqamah diciptakan oleh Allah SWT. dari permata putih. Calon penghuninya orang-orang yang melakukan banyak kebaikan. Firman-Nya.
‘’Dan mereka berkata,’Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha pengampun lagi Maha Mensyukuri. Yang menempati dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada merasa lesu.’’’ (Q.S. Faathir [35]: 34-35)
7. Surga Maqaamul Amin
Surga Maqaamul amin adalah surga yang diciptakan oleh Allah SWT. dari emas. Calon penghuninya adalah orang-orang yang sangat beriman (muttaqien). Yaitu yang benar-benar bertaqwa kepada Allah SWT.
Sebagaiman Firman Allah SWT. berikut ini.
‘’Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada dalam tempat yang aman.’’ (Q.S. Ad-Dukhan [44]: 51)
8. Surga Khuldi
Surga Khuldi adalah surga yang diciptakan oleh Allah SWT. dari marjan merah dan kuning. Calon penghuninya adalah orang-orang yang taat menjalankan perintah Allah SWT. dan menjahui segala larangan-Nya. Firman-Nya.
‘’Katakanlah,’Apa (azab) yang demikian itukah yang baik, atau surga yang kekal yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa? Dia menjadi balasan dan tempat kembali bagi mereka.’’’ (Q.S. Al-Furqan [25]: 15).

THALHAH BIN UBAIDILLAH RA sahabat nabi muhammad SAW


kisah - kisah sahabat nabi muhammad SAW

          Thalhah bin Ubaidilah bin Ustman bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai. Ibunya bernama Ash-Sha’bah binti Al Hadrami, saudara perempuan Al Ala’. Wanita ini telah menyatakan dirinya sebagai seorang muslimah. Ia seorang pemuda Quraisy yang memilih profesi sebagai saudagar. Meski masih muda, Thalhah punya kelebihan dalam strategi berdagang, ia cerdik dan pintar, hingga dapat mengalahkan pedagang-pedagang lain yang lebih tua.
        Pada suatu ketika Thalhah bin Ubaidillah dan rombongan pergi ke Syam. Di syam. Di Bushra, Thalhah bin Ubaidillah mengalami peristiwa menarik yang mengubah garis hidupnya. Tiba-tiba seorang pendeta berteriak-teriak,’’Wahai para pedagang, apakah di antara tuan-tuan yang berasal dari kota Mekkah?.’’ ‘’Ya, aku penduduk Makkah,’’ sahut Thalhah. ‘’Sudah munculkah orang di antara kalian orang bernama Ahmad?’’ tanyanya.’’Ahmad yang mana?’’ ‘’Ahmad bin Abdullah bin Abdul Muthalib. Bulan ini pasti muncul sebagai Nabi penutup para Nabi. Kelak ia akan hijrah dari negerimu ke negeri berbatu-batu hitam yang banyak pohon kurmanya. Ia akan pindah ke negeri yang subur makmur, memancarkan air dan garam. Sebaiknya engkau segera menemuinya wahai anak muda,’’kata pendeta itu.
    Ucapan pendeta itu begitu membekas di hati Thalhah bin Ubaidillah, sampai tanpa menghiraukan kafilah dagang di pasar ia langsung pulang ke Mekkah. Setibanya di Mekkah, ia lansung bertanya kepada keluarganya,’’Ada peristiwa apa sepeninggalku?’’ ‘’Ada Muhammad bin Abdullah mengatakan dirinya Nabi dan Abu Bakar As Siddiq telah mempercayai dan mengikuti apa yang dikatakannya,’’ jawab mereka.
        ‘’Aku kenal Abu Bakar. Dia seorang yang lapang dada, penyayang dan lemah lembut. Dia pedagang yang berbudi tinggi dan teguh. Kami berteman baik, banyak orang menyukai majelisnya, karena dia ahli sejarah Quraisy,’’ gumam Thalhah bin Ubaidillah lirih.
      Setelah itu Thalhah bin Ubaidillah lansung menemui Abu Bakar As Siddiq dan bertanya: ‘’Benarkah Muhammad bin Abdullah telah menjadi Nabi dan engkau mengikutinya?’’ Abu Bakar menjawab: ‘’Betul.’’Kemudian Abu Bakar As-Siddiq menceritakan kisah Muhammad sejak peristiwa di gua Hira’ sampai turunnya ayat pertama. Abu Bakar As-Siddiq mengajak Thalhah bin Ubaidillah untuk masuk Islam.
      Usai Abu Bakar As-Siddiq bercerita Thalhah bin Ubaidillah ganti bercerita tentang pertemuannya dengan pendeta Bushra. Abu Bakar As-Siddiq tercengang. Lalu Abu Bakar As-Siddiq mengajak Thalhah bin Ubaidillah untuk menemui Muhammad dan menceritakan peristiwa yang dialaminya dengan pendeta Bushra. Dihadapan Rasulullah, Islamnya Thalhah bin Ubaidillah bagaikan petir di siang bolong. Keluarganya dan orang-orang satu sukunya berusaha mengeluarkannya dari Islam. Mulanya dengan bujuk rayu, namun karena pendirian Thalhah bin Ubaidillah sangat kokoh, mereka akhirnya bertindak kasar.
     Siksaan demi siksaan mulai mendera tubuh anak muda yang santu itu. Sekelompok pemuda menggiringnya dengan tangan terbelenggu di lehernya, orang-orang berlari sambil mendorong, memacu dan memukuli kepalanya; dan ada seorang wanita tua yang terus berteriak mencaci maki Thalhah bin Ubaidillah, yaitu ibunya, Ash-Sha’bah. Tak hanya itu, pernah seorang lelaki Quraisy, Naufal bin Khuwailid yang menyeret Abu Bakar As-Siddiq dan Thalhah bin Ubaidillah mengikat keduanya menjadi satu dan mendorong ke algojo sampai darah mengalir dari tubuh sahabat yang mulia ini.
        Peristiwa ini mengakibatkan Abu Bakar As-Siddiq dan Thalhah bin Ubaidillah digelari Al-Qarinain atau sepasang sahabat yang mulia. Tidak hanya sampai saja cobaan dan ujian yang dihadapi Thalhah bin Ubaidillah, semua itu tidak membuat surut, melainkan makin besar baktu dan perjuangannya dalam menegakkan Islam, hingga banyak gelar dan sebutan yang didapatkan antara lain ‘’Assyahidul Hayy’’. Atau syahid yang hidup.
     Julukan ini diperoleh dalam perang Uhud. Saat itu barisan kaum muslimin terpecah belah dan kocar-kacir dari samping Rasulullah.  Yang tersisa di dekat beliau hanya 11 orang Anshar dan Thalhah bin Ubaidillah dari Muhajirin. Rasulullah dan orang-orang yang mengontrol beliau naik ke bukit tadi dihadang oleh kaum musyrikin.
     ‘’Siapa berani melawan mereka, dia akan menjadi temanku kelak di surga,’’ seru Rasulullah. ‘’Aku Wahai Rasulullah,’’ kata Thalhah bin Ubaidillah. ‘’Tidak, jangan engkau, kau harus berda di tempatmu.’’ ‘’Aku ya Rasulullah,’’ kata seorang prajurit Anshar.’’Ya, majulah,’’ kata Rasulullah. Lalu prajurit Anshar itu maju melawan prajurit-prajurit kafir. Pertempuran yang tak seimbang mengantarkannya menemui kesyahidan.
       Rasulullah kembali meminta para sahabat untuk melawan orang-orang kafir dan selalu saja Thalhah bin Ubaidillah mengajukan diri pertama kali. Tapi, senantiasa ditahan oleh Rasulullah dan diperintahkan untuk tetap ditempat samapai 11 prajurit Anshar gugur menemui syahid dan tingga Thalhah bin Ubaidillah sendirian bersama Rasulullah.
      Saat itu Rasulullah berkata kepada Thalha bin Ubaidillah,’’sekarang engkau, wahai Thalhah.’’ Dan majulah Thalhah bin Ubaidillah dengan semangat jihad yang berkobar-kobar menerjang ke arah musuh dan mengusir agar jangan mendekati Rasulullah. Lalu Thalha berusaha menaikkan Rasulullah sendiri ke bukit, kemudian kembali menyerang hingga tak sedikit orang kafir yang tewas.
        Saat itu Abu Bakar As-Siddiq dan Abu Ubaidah bin Jarrah yang berada agak jauh dari Rasulullah telah sampai di dekat Rasulullah.’’Tinggalkan aku, bantulah Thalhah, kawan kalian,’’seru Rasulullah. Keduanya bergegas mencari Thalhah bin Ubaidillah, ketika ditemukan, ini dalam kondisi pingsan, sedangkan badannya berlumuran darah segar. Tak kurang luka bekas tebasan pedang, tusukan tombak dan lemparan panah memenuhi tubuhnya. Pergelangan tangannya putus sebelah.
  Dikiranya Thalhah sudah gugur, ternyata masih hidup. Karena itulah gelar syahid yang hidup diberikan Rasulullah.’’ Siapa yang ingin melihat orang berjalan di muka bumi setelah mengalami kematiannya, maka lihatlah Thalhah,’’ sabda Rasulullah.                                                                         Sejak saat itu bila orang membicarakan perang Uhud dihadapan Abu Bakaar As-Siddiq, maka beliau selalu menyahut, ‘’ Perang hari itu adalah peperangan Thalhah seluruhnya sampai akhir hayatnya.’’
      Kemurahan dan kedermawanan Thalhah bin Ubaidillah patut kita contoh dan kita teladani. Dalam hidupnya ia memiliki tujuan utama yaitu bermurah dalam pengorbanan jiwa. Thalhah bin Ubaidillah merupakan salah seorang dari sepuluh orang yang pertama masuk Islam, dimana pada saat itu satu orang bernilai seribu orang.
      Sejak awal keislamannya sampai akhir hidupnya dia tidak pernah mengingkari janji. Janjinya selalu tepat. Ia juga dikenal sebagai orang jujur, tidak pernah menipu apalagi berhianat. Thalhah bin Ubaidillah bagaikan sungai yang airnya mengalir terus menerus mengaliri daratan dan lembah. Ia adalah seorang dari kaum muslimin yang kaya raya, tapi pemurah dan dermawan. Istrinya bernama Su’da binti Auf.
      Pda suatu hari istrinya melihat Thalhah bin Ubaidillah sedang murung dan duduk termerung sedih. Melihat kondisi suaminya, sang istri segera menanyakan penyebab kesedihannya dan Thalhah menjawab,’’ Uang yang ada di tanganku sekarang ini banyak sehingga memusingkanku. Apa yang harus kulakukan? ‘’ Maka istriku berkata,’’Uang yang ada ditanganmu itu bagi-Bagikanlah kepada fakir-miskin.’’ Maka dibagi-bagikannyalah seluruh uang yang ada ditangan Thalhah tanpa meninggalkan sepeserpun.
    As-Saib bin Zaid berkata tentang Thalhah bin Ubaidillah, katanya,’’ Aku berkawan dengan Thalhah baik dalam perjalanan maupun sewaktu bermukim. Aku melihat tidak ada seorangpun yang lebih dermawan dari dia terhadap kaum muslimin. Ia mendermakan uan, sandang dan pangannya.’’
      Jabir bin Abdullah berbicara,’’ Aku tidak pernah melihat orang yang lebih dermawan dari Thalhah walaupun tanpa diminta.’’ Oleh karena itu patutlah jika dia dijuluki ‘’Thalhah si dermawan’’, ‘’ Thalhah walaupun tanpa diminta.’’ Oleh karena itu patutlah jika dia dijuluki ‘’Thalhah si dermawan’’, ‘’ Thalhah si konduktor harta’’,’’ Thalhah kebaikan dan kebajikan ‘’.
      Sewaktu terjadi pertempuran ‘’Al-jamal’’, Thalhah (di pihak lain) bertemu dengan Ali bin Abu Thalib dan memperingatkan agar ia mundur ke barisan paling belakang. Sebuah panah beracun mengenai betisnya, maka dia segera dipindahkan ke Basrah dan tak berapa lama kemudian karena lukanya ia wafat. Thalhah bin Ubaidillah pada usia 60 tahun dan dimakamkan di suatu tempat dekat padang rumput di Basrah.
    Sesungguhnya Thalhah bin Ubaidillah berharap bisa gugur ketika berjuang bersama Rasulullah SAW. saat menghadapi musuh Islam. Namun, ketentuan Ilahi menghendaki dia tewas di tangan orang Islam sendiri. Rasulullah pernah berkata kepada para sahabat,’’Orang ini termasuk yang gugur, dan barang siapa senang melihat seorang syahid berjalan diatas bumi maka lihatlah Thalhah bin Ubaidillah’’.
Terimahkasih.
ASSALAMUALAIKUM



Sunday, October 7, 2018

Kisah Keutamaan Bilal bin Rabah-Sahabat Rasulullah SAW



keutamaan bilal bin rabah sahabat nabi SAW

Bilal bin Rabah ialah seorang budak berkulit hitam dari Habsyah (sekarang menjadi negara Ethiopia) yang memeluk islam ketika ia masih diperbudak. Namanya tentu masih asing di telinga kita. Ia termasuk hamba terbaik Allah dimana ia merupakan salah seorang dari sahabat Nabi dan memiliki berbagai keutamaan yang belum diketahui banyak orang.
Sebagai umat islam tentu kita wajib selalu haus akan ilmu agama dan kisah orang shaleh untuk dijadikan pelajaran dan dijadikan teladan kebaikannya, termasuk mengenai Bilal bin Rabah. Apa saja keutamaannya secara lengkap? Yuk simak penjelasannya dalam artikel berikut mengenai keutamaan Bilal bin Rabah.

1.Memiliki Iman yang kuat
Bilal bin Rabah memeluk islam ketika ia masih menjadi budak, karena hal tersebut ia terus menerus disiksa tuannya dan dipaksa agar meninggalkan agama lurus Allah dan kembali menjadi kafir. Tuannya melakukan apa saja dengan berbagai tindakan yang menyakitinya agar ia luluh dan menuruti perintah untuk meninggalkan islam. Tetapi dalam keadaan demikian ia tetap teguh dan istiqomah pada imannya dan tetap menjadi pemeluk islam. Keteguhannya menjadi teladan keutamaan istiqomah dalam islam.
2. Muazin Pertama dalam Islam
Dalam sebuah hadits diceritakan bahwa Rasulullah bersabda beliau pernah mendengar suara Bilal di surga. Ketika Allah memberi wahyu pada Rasulullah untuk mengumandangkan adzan di setiap waktu shalat wajib, maka orang yang diminta Rasulullah untuk melakukannya ialah Bilal bin Rabah karena memiliki suara yang sangat merdu, indah, dan lantang. Keutamaan adzan membuka hatinya hingga akhirnya ialah yang pertama kali mengumandangkan adzan dalam islam dan suaranya selalu dikagumi oleh sahabat Rasulullah dan umat islam di masa itu hingga islam lain belajar untuk dapat mengumandangkan adzan sebaik Bilal.
3. Mengabdi Sepanjang Hidup
Bilal hijrah ke Madinah dan tinggal serumah dengan Abu Bakar dan Amin bin Fath, ia mengabdikan diri sepanjang hidupnya kepada Rasulullah dengan menjadi pengikut dan pelindung yang setia serta selalu berjuang mengikuti peperangan melawan kafir. Keutamaan sahabat Rasulullah terdapat dalam dirinya. Bilal mengikuti perang Badar dan menyaksikan secara langsung bagaimana Allah menolong umat muslim dengan menurunkan bala tentaranya. Hal tersebut membuatnya semakin yakin akan islam dan bertekad menghabiskan sisa hidupnya di jalan Allah.
4. Mendapat Jaminan Surga
Suatu hari Rasulullah memanggil Bilal dan bersabda ‘’Wahai Bilal. Aku mendengar gemerisik langkahmu di depanku di dalam surga. Setiap malam aku mendengar gemerisikmu’’. (HR Muslim). Mendengar hal tersebut wajah Bilal pun menjadi sangat bahagia dan timbul keimanan yang semakin dalam di hatinya. Hari demi hari dilewatinya dengan ibadah dan amal kebaikan sebab ia menyadari begitu banyak manfaat beriman kepada Allah SWT. di dunia di akhirat.
Rasulullah bersabda demikian karena petunjuk dari Allah bahwa Bilal memiliki hati yang mulia dan lurus, Bilal melakukan segala perintah Allah dan Rasul serta mengamalkannya kepada orang lain dengan teladan secara langsung dan kalimat yang lembut. Bilal pun menjadi contoh dan semangat bagi para budak lain yang memeluk islam dan mendapat pertentangan dari majikan untuk tetap teguh mempertahankan keimanan sehingga para budak pada zaman tersebut memiliki kekuatan dan yakin pada pertolongan Allah.
5. Ahli Wudhu
Bilal pernah berkata kepada Rasulullah ‘’Ya Rasulullah, setiap kali aku berhadast, aku langsung berwudhu dan shalat sunnah dua rakaat. Rasulullah pun menjawab’’Ya, dengan itu kamu mendahului aku’’. (HR Bukhari). Penjelasan dari hadits tersebut kebiasaannya akan mensucikan diri dengan menjadi ahli wudhu membuat derajatnya terus meningkat di mata Allah. Keutamaan menjaga wudhu disadari dan dipahami olehnya serta dilakukan terus menerus dan istiqomah.
6. Mendapat Hadiyah Istimewa dari Rasulullah
Rasulullah menyayangi Bilal sebagai sahabat beliau kesetiaan dan ketulusannya, Rasulullah pernah memberikan hadiah padanya berupa tombak yang sejak saat itu selalu dibawa Bilal kemana mana. Tidak semua sahabat mendapat hadiah sebagaimana yang didapat Bilal, hal tersebut karena Bilal menjadi salah satu sahabat terbaik yang dipilih Rasulullah.
7. Rendah Hati
Bilal memiliki ciri khas kulit hitam sejak kecil. Sejak kecil pun hingga ia dewasa dan memeluk islam, ia selalu dihina oleh orang kafir terlebih yang membencinya karena memeluk agama islam tentang keburukan pada fisiknya dimana sebagian besar orang Arab pada masa itu berkulit putih. Ia selalu dimaki dan dihina, tetapi Rasulullah tidak pernah memandang seseorang dari fisiknya, Bilal bahkan salah satu sahabat kesayangan Rasulullah tetapi ia tetap rendah diri di hadapan sahabat Rasulullah lainnya dan umat islam pada masa tersebut.
8. Sangat Menyayangi Rasulullah
Sejak Rasulullah wafat, Bilal hanya mampu mengumandangkan adzan hingga kalimat’’ AsyHadu anna Muhammadan Rosulullah (aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah) saja dan ia langsung menangis tersedu sedu karena kerinduhannya pada Rasulullah. Begitu pula umat Muslim yang mendengarnya. Sejak saat itu adzan pun digantikan oleh sahabat Rasulullah lainnya.
9. Istiqomah
Amal yang disukai Allah ialah amal yang konsisten dan terus menerus meskipun kecil. Bilal memiliki keistimewaan dalam hal tersebut dibandingkan sahabat Rasulullah yang lain, salah satunya adalah ialah kebiasaannya berwudhu seperti yang telah dicceritakan sebelumnya dan ia istiqomah  menjaga kesucian, meskipun terlihat sepele, hal tersebut yang membawanya ke surga karena keteguhan hati dan keimanannya.
10. Diriwayatkan Allah dalam Al-Qur’an
‘’Barang siapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman kecuali yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman maka dia tidak berdosa. (QS. An Nahl : 106). Firman Allah tersebut turun karena adanya siksa kepada para budak yang memeluk islam termasuk yang dialami oleh Bilal, siksaan yang mereka alami terkadang membuat para budak terpaksa mengaku kafir padahal sesungguhnya dalam hatinya tidak demikian.
Tetapi hal tersebut tidak dilakukan oleh Bilal, ia dicengkram oleh orang musyrik dan disiksa tetapi tetap teguh keimanannya hingga Allah memberikannya pertolongan melalui Abu Bakar yang ketika itu melihatnya disiksa dan membeli Bilal dari tuannya, akhirnya Bilal terbebas dari siksa hingga ia terus menangis mengucap syukur pada Allah dan Abu Bakar serta berjanji berjuang untuk islam seumur hidupnya serta rela mengorbankan apapun yang dimilikinya demi islam.
11. Disayangi oleh para sahabat Rasulullah
Setelah Rasulullah wafat Bilal hijrah ke Damaskus hingga ia dikunjungi oleh Umar setelah terpisah cukup lama karena Umar sangat merindukan pertemuan dengan Bilal. Sejumlah sahabat Rasulullah yang turut menemuinya bersama Umar mendesaknya agar ia mau mengumandangkan adzan karena para sahabat  begitu rindu akan keindahan suaranya. Bilal pun bersedia dan ia mengumandangkan adzan para sahabat yang mendengar menangis karena ingat masa masa kehidupan yang dilewati bersama Rasulullah dan Bilal.
12. Didatangi Rasulullah setelah wafat
Rasulullah menyayangi Bilal selama beliau masih hidup hingga ketika beliau wafat Bilal mimpi bertemu Rasulullah dan dalam mimpi tersebut Rasulullah bersabda ‘’Apakah arti ketidakramahan ini hai Bilal? Tidakkah engkau hendak mengunjungiku sekarang?’’ belum sempat menjawab, Bilal sudah terbangun dari mimpinya dan segera bergegas ke Madinah untuk mengunjungi makam Rasulullah, ia pun menggulingkan mukanya di atas pusara utusan Allah yang sangat ia cintai.
13. Membuktikan kesungguhan Imannya
Rasulullah bersabda ‘’ tidak beriman salah seorang dari kaum sehingga aku lebih dicintai dari pada bapaknya atau anaknya atau seluruh manusia’’. (HR Bukhari). Hadits tersebut muncul karena Rasulullah melihat dan mengetahui kisah perjuangan Bilal dalam perjuangannya memeluk islam dan memperjuangkan islam menjadi agamanya hingga ia mencintai agama Allah dan Rasulnya jauh dari ia mencintai dirinya sendiri. Rasulullah pun menyatakannya sebagai seseorang yang telah dijamin surga oleh Allah karena bukti kesungguhan imannya.
14. pemuka Muazin di hari kiamat
‘’Sebaik baik orang adalah Bilal, ia adalah pemuka para muazin di hari kiamat dan orang orang yang menyerukan adzan adalah orang yang mendapat kemulian’’. (Siyar A’Alamin Nubala ) karena kesungguhannya dalam mengumandangkan adzan selama hidupnya, di hari kiamat nanti Bilal mendapat jaminan kenikmatan berupa menjadi pemuka atau pemimpin bagi para muadzin di seluruh dunia. Kebaikannya tersebut menjadi jalan menuju surga dan jauh dari kesusahan di hari kiamat.
15. Mulia di sisi Allah
Rasulullah bersabda ‘’Bilal ialah pemuka orang orang Habasyah dalam islam’’. (HR Muslim). Bilal menjadii salah satu bukti bahwa Allah tidak membedakan orang dari fisik atau golongan tertentu. Orang yang mulia di sisi Allah ialah yang paling bertaqwa, bukan berdasarkan etnis tertentu. Bilal memiliki kebaikan kebaikan yang sederhana namun tulus hingga ia selalu dikenang dan disebut namanya oleh umat islam setelahnya sebagai motivasi bagi umat yang lain agar selalu kuat dalam menjalani keimanan.
Demikian kisah dan keutamaan Bilal bin Rabah, dapat disimpulkan Bilal ialah salah satu sahabat Rasulullah yang disayangi oleh beliau, kesederhanaan dan kebaikan kecilnya yang dilakukan secara terus menerus dan istiqomah menjadi nilai tinggi di mata Allah. Semoga anda dapat mengambil pelajaran dan hikma didalamnya. Jangan lupa beliau mempercantik hati dengan keimanan sebab kecantikan hati yang nantinya menjadi jalan menuju surga. Terimah kasih sudah membaca. Salam hangat dari penulis.

Friday, October 5, 2018

Kisah Kemuliaan Dan Keutamaan AISYAH R.A


kisah kemuliaan dan keutamaan aisyah RA

Beliau adalah Ummul Mukminin Ummu Abdillah Aisyah binti Abu Bakr, Shiddiqah binti Shiddiqul Akbar, istri tercinta Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau lahir empat tahun setelah diangkatnya Muhammad menjadi seorang Nabi. Beliau bernama Ummu Ruman binti Amir bin Umaimir bin Abdi Syams bin kinanah yang meninggal dunia pada waktu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup tepatnya pada tahun ke-6 H.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Aisyah dua tahun sebelum hijrah melalui sebuah ikatan suci yang mengukuhkan gelar Aisyah menjadi Ummul Mukminin, tatkala itu Aisyah masih berumur enam tahun. Dan Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa sallam membangun rumah tangga dengannya setelah berhijrah, tepatnya pada bulan Syawwal tahun ke-2 Hijrah dan ia sudah berumur sembilan tahun. Aisyah menceritakan,
‘’Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahiku panca meninggalnya Khadijah sedang aku masih berumur enam tahun, dan aku dipertemukan dengan Beliau tatkala aku berumur sembilan tahun. Para wanita datang kepadaku padahal aku sedang asyik bermain ayunan dan rambutku terurai panjang, lalu mereka menghiasiku dan mempertemukan aku dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.’’ (Lihat Abu Dawud: 9435). Kemudian biduk rumah tangga itu berlangsung dalam suka dan duka selama 8 tahun 5 buln, hingga Rasululllah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia pada tahun 11 H. Sedang Aisyah baru berumur 18 tahun.
Aisyah adalah seorang wnita berparas cantik berkulit putih, sebab itulah ia sering dipanggil dengan ‘’Humairah’’ selain cantik, ia juga dikenal sebagai seorang wanita cerdas yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mempersiapkannya untuk menjadi pendamping Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam dalam mengemba amanah risalah yang akan menjadi penyejuk mata dan pelipur lara bagi diri beliau. Suatu hari jibril memperlihatkan (kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) gambar Aisyah pada secarik kain sutra berwarna hiju sembari mengatakan,’’Ia adalah calon istrimu kelak, di dunia dan di akhirat.’’ (HR. At-Tirmidzi (3880), lihat Shahih sunan at-Tirmidzi (3041)
Selain menjadi seorang pendamping setiap yang selalu siap memberi dorongan dan motivasi kepada suami tercinta di tengah beretnya medan dakwa dan permusuhan dari kaumnya, Aisyah juga tampil menjadi seorang penuntut ilmu yag senantiasa belajar dalam madrasa nubuwwah di mana beliau menimba ilmu langsung dari sumbernya. Beliau tercatat termasuk orang yang banyak meriwayatkan hadits dan memiliki keunggulan dalam berbagai cabang ilmu di antaranya ilmu fikih, kesehatan, dan Muslim dan 174 hadits yang hanya diriwayatkan oleh Imam Bukhari serta 54 hadits hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sehingga pembesar para sahabat kibara tatkala mereka mendapatkan permasalahan mereka datang dan merujuk kepada Ibunda Aisyah.
Kedudukan Aisyah Di sisi Rasulullah
Suatu hari orang-orang Habasya masuk masjid dan menunjukkan akraksi permainan di dalam masjid, lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil Aisyah,’’Wahai Humaira, apakah engkau mau melihat mereka?’’ Aisyah menjawab,’’ Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan aku tempelkan wajahku pada pipi beliau.’’ Lalu ia mengatakan,’’Diantara perkataan mereka tatkala itu adalah,’Abdul Qasim adalah seorang yang baik’.’’ Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,’’Apakah sudah cukup Wahai Aisyah?’’ Ia menjawab: ‘’Jangan terburu-buru wahai Rasulullah.’’ Maka beliau pun tetap berdiri. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulangi lagi pertanyaannya,’’Apakah sudah cukup wahai Aisyah?’’ Namun, Aisyah tetap menjawab, ‘’Jangan terburu-buru wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,’’Aisyah mengatakan,’’Sebenarnya bukan karena aku senang melihat permainan mereka, tetapi aku hanya ingin memperlihatkan kepada para wanita bagaimana kedudukan Nabi Shallallahu ‘alahi wa sallam terhadapku dan kedudukanku terhadapnya.’’ (HR. An-Nasa’i (5/307), lihat Ash Shahihah (3277))
CANDA NABI KEPADA AISYAH
Aisyah bercerita,’’Suatu waktu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang untuk menemuiku sedang aku tengah bermain-main dengan gadis-gadis kecil.’’ Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadaku,’’Apa ini wahai Aisyah.’’ Lalu aku katakan, ‘’itu adalah kuda Nabi Sulaiman yang memiliki sayap.’’Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tertawa. (HR. Ibnu Sa’ad dalam Thabaqat (8/68), lihat Shahih Ibnu Hibban (13/174))
Suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berlomba lari dengan Aisyah dan Aisyah menang. Aisyah bercerita,’’Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berlari dan mendahuluiku (namun aku mengejarnya) hingga aku mendahuluinya. Tetapi, tatkala badaku gemuk, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak lomba lari lagi namun beliau mendahului, kemudian beliau mengatakan,’’Wahai Aisyah, ini adalah balasan atas kekalahanku yang dahulu’. (HR. Thabrani dalam Mu’jamul kabir 23/47), lihat Al-Misykah (2.238))
KEUTAMAAN-KEUTAMAAN AISYAH
Banyak sekali keutamaan yang dimiliki oleh Ibunda Aisyah, sampai-sampai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan dalam sabdanya:Orang yang mulia dari kalangan wanita hanyalah Maryam binti Imron dan Asiyah istri Fir’aun, dan keutamaan Aisyah atas semua wanita seperti keutamaan tsarid atas segala makanan.’’ (HR. Bukhari (5/2067 dan Muslim (2431))
Beberapa kemulian itu di antaranya:
Pertama: Beliau adalah satu-satunya istri Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam yang dinikahi tatkala gadis, berbeda dengan istri-istri Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam yang lain karena dinikahi tatkala janda.
Aisyah sendiri pernah mengatakan,’’Aku telah diberi sembilan perkara yang tidak diberikan kepada seorang pun setelah Maryam. Jibril telah menunjukkan gambarku tatkala Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam diperintah untuk menikahiku, beliau menikahiku tatkala aku masih gadis dan tidaklah beliau menikahi seorang gadis kecuali diriku, beliau meninggal dunia sedang kepalanya berada dalam dekapanku serta beliau dikuburkan di rumahku, para Malaikat menaungi rumahku, Al-Qur’an turun sedang aku dan beliau berada dalam satu selimut, aku adalah putri kekasih dan sahabat terdekatnya, pembelaan kesucianku turun dari atas langit, aku dilahirkan dari dua orang tua yang baik, aku dijanjikan dengan ampunan dan rezeky yang mulia.’’ (Lihat al-Hujjah Fi Bayan Mahajjah (2/398))
Kedua: Beliau adalah orang yang paling dicintai oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam dari kalangan wanita.
Suatu ketika Amr bin al-Ash bertanya kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam,’’Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling engkau cintai?’’ Beliau menjawab,’’Aisyah.’’’’Dari kalangan laki-laki?’’ tanya Amr. Beliau menjawab,’’Bapaknya.’’ (HR. Bukhari (3662) dan Muslim (2384))
Maka pantaskah kita membenci apalagi mencela orang yang paling dicintai oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam?!! Mencela Aisyah berarti mencela, menyakiti hati, dan mencoreng kehormatan Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam. Na’udzubillah.
Ketiga: Aisyah adalah wanita yang paling alim dari pada wanita lainnya.
Berkata az-Zuhri,’’Apabila ilmu Aisyah dikumpulkan dengan ilmu seluruh para wanita lain, maka ilmu Aisyah lebih utama.’’ (Lihat Al-Mustadrak Imam Hakim (4/11))
Berkata Atha’,’’Aisyah adalah wanita yang paling faqih dan pendapat-pendapatnya adalah pendapat yang paling membawa kemaslahatan untuk umum.’’ (Lihat al-Mustadrok Imam Hakim (4/11))
Berkata Ibnu Abdir Barr,’’Aisyah adalah satu-satunya wanita di zamannya yang memiliki kelebihan dalam tiga bidang ilmu: ilmu faqih, ilmu kesehatan, dan ilmu syair.’’
Keempat: para pembesar sahabat apabila menjumpai ketidakpahaman dalam masalah agama, maka mereka datang kepada Aisyah dan menanyakannya hingga Aisyah menyebutkan jawabannya.
Berkata Abu Musa al-Asy’ari,’’ Tidaklah kami kebingungan tentang suatu hadits lalu kami bertanya kepada Aisyah, kecuali kami mendapatkan jawaban dari sisinya.’’ (Lihat Shahih Sunan at-Tirmidzi (3044))
Kelima: Tatkala istri-istri Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam diberi pilihan untuk tetap bersama Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam dengan kehidupan apa adanya, atau diceraikan dan akan mendapatkan dunia, maka Aisyah adalah orang pertama yang menyatakan tetap bersama Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bagaimanapun kondisi beliau sehingga istri-istri Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam yang paling mengikuti pilihan-pilihannya.
Keenam: Syari’at tayammum disyari’at karena sebab beliau, yaitu tatkala manusia mencarikan kalungnya yang hilang di suatu tempat hingga datang waktu Shalat namun mereka tidak menjumpai air hingga disyari’atkanlah tayammum.
Berkata Usaid bun Khudair,’’Itu adalah awal keberkahan bagi kalian wahai keluarga Abu Bakr.’’ (HR. Bukhari (334))

Ketujuh: Aisyah adalah wanita yang dibela kesuciannya dari langit ketujuh.
Prahara tuduhan zina yang dilontarkan orang-orang munafik untuk menjatuhkan martabat Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam lewat istri beliau telah tumbang dengan turunnya 16 ayat secara berurutan yang akan senantiasa dibaca hingga hari kiamat. Allah Subhanahu wa Ta’ala mempersaksikan kesucian Aisyah dan menjanjikannya dengan ampunan dan rezeki yang baik.
Namun, karena ketawahu’annya (kerendahan hatinya), Aisyah mengatakan,’’Sesungguhnya perkara yang menimpahku atas diriku itu lebih hina bila Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentangku melalui wahyu yang akan senantiasa dibaca.’’ (HR. Bukhari (4141))
Oleh karenya, apabila Masruq meriwayatkan hadits dari Aisyah, beliau selalu mengatakan,’’Telah bercerita kepadaku Shiddiqoh binti Shiddiq, wanita yang suci dan disucikan.’’
Kedelapan: Barang siapa yang menuduh beliau telah berzina maka dia kafir, karena Al-Qur’an telah turun dan mensucikan dirinya, berbeda dengan istri-istri Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam yang lain.
Kesembilan: Dengan sebab beliau Allah Subhanahu wa Ta’ala mensyari’atkan hukuman cambuk bagi orang yang menuduh wanita muhShanat(yang menjaga diri) berzina, tanpa bukti yang dibenarkan syari’at.
Kesepuluh: Tatkala Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam sakit, Beliau memilih tinggal di rumah Aisyah dan akhirnya Beliau pun meninggal dunia dalam dekapan Aisyah.
Berkata Abu Wafa’ Ibnu Aqil,’’Lihatlah bagaimana Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam memilih untuk tinggal di rumah Aisyah tatkala sakit dan memilih bapaknya (Abu Bakr) untuk menggantikannya mengimami manusia, namun mengapa keutamaan agung semacam ini bisa terlupakan oleh hati orang-orang Rafidha padahal hampir-hampir saja keutamaan ini tidak luput sampaipun oleh binatang, bagaimana dengan mereka...?!!’’
Aisyah meninggal dunia di Madinah malam selasa tanggal 17 Ramadhan 57 H, pada masa pemerintahan Muawiyah, di usianya yang ke 65 tahun, setelah berwasiat untuk dishalati oleh Abu Hurairah dan dikuburkan di pekuburan Baqi pada malam itu juga. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhai Aisyah dan menempatkan beliau pad kedudukan yang tinggi di sisi Rabb-Nya. Aamiin.
Wallahu A’lam.