Thursday, October 11, 2018

KISAH KESUKSESAN ABDURRAHMAN BIN AUF

sahabat nabi saw. abdurrahman bin auf RA
assalamualikum wr.wb
Salah satu seorang sahabat Nabi Shallallahu’alaihi wassallam yang mendapat rekomendasi masuk surga adalah ‘Abdurrahman bin ‘Auf bin ‘Abdil Harits Bin Zahrah Kilab bin al-Qurasyi az-Zuhri Abu Muhammad. Dia juga salah seorang dari enam orang Sahabat Radhiyallahu anhum yang ahli syurga. Dia dilahirkan kira-kira sepuluh tahun setelah tahun Gajah dan termasuk orang yang terdahulu masuk Islam. Dia berhijrah sebanyak dua kali dan ikut serta dalam perang Badar dan peperangan lainnya. Saat masih jahilillah, ia bernama ‘Abdul Ka’bah atau ‘Abu ‘Amr; kemudian diberi nama ‘Abdurrahman oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam. Ibunya bernama Shafiyah. Sedangkan ayahnya bernama ‘Auf bin ‘Abdu ‘Auf bin ‘Abdul Harits bin Zahrah.’ Abdurrahman bin ‘Auf adalah seorang Sahabat Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam yang sangat dermawan dan yang sangat memperhatikan dakwa Islam, berikut ini adalah sebagian kisahnya:
‘Abdurrahman bin Auf pernah menjual tanahnya seharga 40 ribu dinar, kemudian membagi-bagikan uang tersebut kepada para fakir miskin bani Zuhrah, orang-orang yang membutuhkan dan kepada Ummahatul Mukminin (para istri Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam). Al-Miswar berkata: ‘’Aku mengantarakan sebagian dari dinar-dinar itu kepada Aisyah Radhiyallahu anhuma. Aisyah Radhiyallahu anhuma dengan sebagian dinar-dinar itu.’’ Aisyah Radhiyallahu anhuma berkata: ‘’Siapa yang telah mengirim ini?’’ Aku menjawab: ‘’ Abdurrahman bin Auf’’. Aisyah Radhiyallahu anhuma berkata lagi: ‘’Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam telah bersabda : ‘’Tidak ada yang menaruh simpati kepada kalian kecuali dia termasuk orang-orang yang sabar. Semoga Allah Azza wa Jalla memberi minum kepada ‘Abdurrahman bin Auf dengan meminum surga  ‘’
Dalam hadits lain disebutkan bahwa suatu ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam memberikan (sesuatu) kepada sekelompok Sahabat Radhiyallahu anhum yang di sana terdapat ‘Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu anhum ; namun beliau Shallallahu’alaihi wa sallam tidak memberikan apa pun kepadanya. Kemudian ‘Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu anhum keluar dengan menangis dan bertemu Umar Radhiyallahu anhu. Umar Radhiyallahu anhu bertanya: ‘’Apa yang membuatmu menangis?’’ Ia menjawab: ‘’Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam memberikan sesuatu kepada sekelompok Sahabat, tetapi tidak memberiku apa-apa. Aku khawatir hal itu akibat ada suatu keburukan padaku’’. Kemudian Umar Radhiyallahu anhu masuk menemui Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam dan menceritakan keluhan ‘Abdurrahman Radhiyallahu anhu itu. Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam pun menjawab: ‘Aku tidak marah kepadanya, tetapi cukup bagiku untuk mempercayai imannya.’’ Keutamaan-keutamaan ‘Abdurrahman bin Auf di antaranya:
‘Abdurrahman bin ‘Auf walaupun memiliki harta yang banyak dan menginfakkanya di jalan Allah Azza wa Jalla, namun dia selalu mengintropeksi dirinya. ‘Abdurrahman Radhiyallahu anhu pernah mengatakan : ‘’kami bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam diuji dengan kesempitan, namun kami pun bisa bersabar, kemudian kami juga diuji dengan kelapangan setelah Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam dan kami pun tidak bisa sabar’’.
Suatu hari ‘Abdurrahman Radhiyallahu anhu diberi makanan, padahal dia sedang berpuasa. Ia mengatakan, ‘’Mush’ab bin Umair telah terbunuh, padahal dia lebih baik dariku. Akan tetapi dia tidak ada kafan yang menutupinya selain burdah (apabila kain itu ditutupkan di kepala, kakinya menjadi terlihat dan apabila kakinya ditutup dengan kain itu, kepalanya menjadi terlihat). Demikian pula dengan Hamzah, dia juga terbunuh, padahal dia lebih baik dariku, ketika meninggal, tidak ada kafan yang menutupinya selain burdah. Aku khawatir balasan kebaikan-kebaikanku diberikan di dunia ini. Kemudian dia menangis lalu meninggalkan makanan tersebut.
Senada dengan kisah di atas, Naufal bin al-Hudzali berkata,’’ Dahulu ‘Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu anhu teman bergaul kami. Beliau adalah sebaik-baik teman. Suatu hari dia pulang kerumahnya dan mandi. Setelah itu dia keluar, ia datang kepada kami dengan membawa wadah makanan berisi roti dan daging, dan kemudian dia menangis. Kami bertanya,’’ Wahai Abu Muhammad (panggilan ‘Abdurrahman), apa yang menyebabkaan kamu menangis?’’ Ia menjawab, ‘’Dahulu Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam meninggal dunia dalam keadaan beliau dan keluarganya belum kenyang dengan roti syair. Aku tidak melihat kebaikan kita diakhirkan.
‘Abdullah bin Abbas Radhiyallahu anhu meriwayatkan bahwa Umar bin Khathab Radhiyallahu anhu pergi ke Syam. Ketika sampai Sarghin (nama sebuah desa di batas Syam setelah Hijaz), ia berjumpa dengan penduduk al-Ajnad yaitu Abu Ubadah dan para sahabatnya. ,Mereka memberitahu bahwa wabah penyakit telah berjangkit di Syam. Umar Radhiyallahu anhu berkata : ‘panggilkan aku para Muhajirin yang wal (berhijah)!’ Aku (‘Abdullah bin Abbas-red) pun memanggil mereka. Umar Radhiyallahu anhu memberitahu dan meminta pendapat meraka tentang wabah tersebut. Kemudian mereka berselisih, sebagian lain mengatakan : ‘’Engkau telah keluar untuk suatu tujuan. Menurut pendapat kami, engkau jangan mundur.’’ Sedangkan sebagian lain mengatakan : ‘’Engkau bersama banyak orang dan bersama para Sahabat Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam, maka kami berpendapat agar tidak membiarkan  mereka terkena wabah.’’ Umar Radhiyallahu anhu bertanya lagi : ‘’Panggilan para Anshar untukku’’. Akupun memanggil mereka. Kemudian Umar Radhiyallahu anhu meminta pendapat kepada mereka dan mereka sama dengan pendapat para kaum Muhajirin yaitu mereka juga berbeda pendapat. Lalu Umar Radhiyallahu anhu berkata: ‘’panggilan orang-orang tua Quraisy dari orang yang hijrah ketika fathu Mekah, yang berada di sini.’’ Akupun memanggil mereka dan tidak ada seorangpun yang berselisih. Merekapun setuju dengannya. Abu Ubaidah bin Jarrah Radhiyallahu anhu mengatakan, ‘’Apa kita berusaha berlari dari takdir Allah Azza ea Jalla ?’’ Umar Radhiyallahu anhu menjawab,’’Seandainya selainmu mengucapkan hal itu, wahai Abu Ubaidah. Ya, kami berlari dari takdir Allah Azza wa Jalla menuju takdir Allah Azza wa Jalla yang lain. Kemudian datanglah ‘Abdurrahaman bin Auf Radhiyallahu anhu dan mengatakan: ‘’Dalam hal ini, aku memiliki ilmunya. Aku mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :
Jika kalian mendengar (ad wabah) di suatu negeri, maka janganlah kalian mendatanginya. Dan apabila wabah terjadi di suatu negeri dan kalian di dalamnya, maka janganlah kalian keluar/lari darinya. [HR. Bukhari no. 5398]
Pada zaman Nabi Shallallahu’alahi wa sallam ,’Abdurrahman bin ‘Auf Radhiyallahu anhu pernah menyedekahkan separuh hartanya. Setelah itu dia bersedekah lagi sebanyak 40.000 dinar. Kebanyakan harta bendanya diperoleh dari hasil perdagangan [9]
Ja’far bin Burqan mengatakan,’’Telah sampai kabar kepadaku bahwa ‘Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu anhu telah memerdekakan 3000 orang.
Imam Bukhari menyebutkan dalam kitab tarikhnya bahwa ‘Abdurrahman pernah menberikan wasiat kepada semua Sahabat yang mengikuti perang badar dengan 400 dinar. Dan jumlah mereka ketika itu 100 orang.[11]
Dia meninggal dunia pada tahun 32 H. Dia berumur 72 tahun dan dia dikubur  di pemakaman baqi’ dan ‘Utsman bin Affan Radhiyallahu anhu ikut menyalatkannya.[12]
Demikian selintas kisah tentang seorang Sahabat Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam yang sangat kaya, seorang konglomerat pada jamannya, namun amat sangat dermawan. Semoga menjadi tauladan bagi kita semua. Wallahua’lam
Referansi:
1.    Ash-Shahabah, Syaikh Shalih bin Thaha ‘Abdul Wahid, Maktabah al-Ghuraba , Dar al-Atsariyah, cet. Ke-1 tahun 1427H
2 Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah, Ibnu Hajar al-Asqalani, tahqiq: Khalil Makmun Syiha, Darul Makrifah, Beirut
3. Fadhailush Shahabah Lil Imam Ahmad, Dar Ibnu Jauzi cet. Ke-2 tahun 1420 M

terimakasih
assalamualaikum wr.wb

1 comment: